Media Asuransi, GLOBAL – Setelah fase kenaikan tarif dan persyaratan yang lebih ketat, pasar asuransi siber global telah kembali menghasilkan profitabilitas. Seperti dilaporkan oleh S&P Global Ratings, premi tahunan asuransi siber mencapai sekitar US$12 miliar pada akhir tahun 2022.
Proyeksi menunjukkan bahwa pertumbuhan ini akan terus berlanjut, dengan premi diperkirakan meningkat sebesar 25%-30% per tahun, dan berpotensi mencapai US$23 miliar pada tahun 2025.
Ekspansi pasar asuransi siber yang berkelanjutan sangat bergantung pada reasuransi, seperti yang ditunjukkan oleh survei terhadap perusahaan asuransi multiline global (GMI) dan perusahaan reasuransi global yang dilakukan oleh S&P Global Ratings. Reasuransi dianggap penting untuk menyediakan modal yang diperlukan dan mengelola akumulasi risiko yang terkait dengan klaim terkait dunia maya.
Analis kredit S&P Global Ratings, Manuel Adam, menekankan bahwa asuransi siber menonjol sebagai bagian yang berkembang paling pesat dalam lanskap asuransi global. “Keamanan segmen ini sebagian besar bergantung pada perlindungan yang ditawarkan oleh reasuransi, sehingga menjadikan perusahaan reasuransi sebagai faktor penting dalam pertumbuhan pasar yang berkelanjutan,” katanya.
Kerentanan perusahaan asuransi dan reasuransi terhadap serangan siber pada operasi mereka, tidak luput dari perhatian. Gangguan pada layanan atau pelanggaran data dapat berdampak langsung pada kondisi keuangan dan bahkan cadangan modal mereka.
|Baca juga: Howden Perkirakan Tarif Premi Asuransi Siber Global Dapat Melebihi US$50 Miliar di 2030
Untuk lebih memahami potensi implikasinya, S&P Global Ratings menganalisis data paparan siber dengan menggunakan model risiko siber Cyence yang dikembangkan oleh spesialis keamanan siber Guidewire.
Adam mengungkapkan bahwa rata-rata, baik GMI maupun perusahaan reasuransi yang berperingkat global memiliki ketahanan untuk menahan serangan siber langsung terhadap organisasi mereka, dengan dampak minimal terhadap modal. Namun, perusahaan asuransi tertentu mungkin menghadapi penurunan pendapatan yang besar akibat serangan tersebut. Berdasarkan sampel yang diambil, perusahaan asuransi terkemuka berpotensi mengalami kerugian siber yang signifikan, setara dengan sekitar 90% pendapatan tahunan rata-rata selama rentang lima tahun.
Statistik ini menggarisbawahi bahwa beberapa perusahaan asuransi mungkin mengalami kerugian siber yang melebihi rata-rata sampel karena beragamnya tingkat profitabilitas atau kelemahan bawaan dalam mengelola risiko siber. Akibatnya, pendapatan mereka mungkin berkurang, dan dalam jangka panjang, kapasitas mereka untuk membangun penyangga modal bisa berkurang, sehingga berpotensi melemahkan kelayakan kredit mereka.
Seiring dengan semakin matangnya pasar asuransi siber, sektor reasuransi siber juga diperkirakan akan berkembang secara bersamaan. Meskipun perusahaan-perusahaan reasuransi yang lebih besar telah menunjukkan kapasitas mereka yang hampir mencapai maksimum, para pelaku industri reasuransi lainnya secara aktif mencari cara untuk meningkatkan paparan mereka terhadap risiko dunia maya. Langkah strategis ini akan mendorong perluasan pasar yang bertanggung jawab, yang ditandai dengan beragamnya perusahaan reasuransi yang mendukung pertumbuhannya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News