1
1

Sektor Manufaktur ASEAN Berbalik Alami Penurunan pada September 2023

Aktifitas di dalam pabrik perakitan kendaraan. | Foto: freepick

Media Asuransi, JAKARTA – Setelah mengalami peningkatan setiap bulan sejak Oktober 2021, data bulan September 2023 menunjukkan penurunan kondisi sektor manufaktur ASEAN.

Dikutip dari keterangan resmi S&P Global, Senin 2 Oktober 2023, perusahaan melaporkan penurunan permintaan baru terkini, sementara produksi berekspansi pada laju terendah dalam dua tahun. Produsen barang juga mengurangi jumlah ketenagakerjaan, setelah mengalami sedikit peningkatan pada bulan Agustus.

Data bulan September juga menunjukkan kenaikan tekanan inflasi. Meskipun turun berdasarkan standar historis, masing-masing kenaikan harga input dan biaya output tergolong yang tercepat dalam lima dan empat bulan terakhir.

Headline Purchasing Managers’ Index™ (PMI™) Manufaktur ASEAN dari S&P Global merosot ke wilayah kontraksi untuk pertama kalinya dalam 25 bulan pada bulan September, dengan indeks yang menunjukkan angka 49,6, dari angka 51,0 pada bulan Agustus. Hasil terkini mengindikasikan penurunan baru pada kondisi bisnis, meskipun secara keseluruhan tergolong marginal.

Empat dari tujuh negara ASEAN peserta survei mencatatkan penurunan kondisi sektor manufaktur pada bulan September. Malaysia mengalami penurunan terkuat selama tiga bulan berturut-turut. Terlebih, indeks headline yang menunjukkan angka 46,8 menandakan penurunan tercepat sejak awal tahun 2023. Singapura di urutan kedua berdasarkan kinerja paling buruk, yaitu dengan terjadinya kontraksi baru di sektor manufaktur pada bulan September.

|Baca juga: PMI Manufaktur ASEAN Membaik, Thailand Memimpin Ekspansi

Headline Singapura dengan angka (47,3) menunjukkan tingkat penurunan yang solid secara keseluruhan dan merupakan yang tercepat sejak Agustus 2021. Thailand tercatat mengalami penurunan kondisi bisnis selama dua bulan berturut-turut. Selanjutnya, kondisi ini semakin menurun pada bulan September, dengan penurunan angka headline PMI Thailand ke tingkat terendah dalam 28 bulan yaitu pada angka 47,8. Dengan headline PMI yang menunjukkan angka 49,7, Vietnam tercatat hanya mengalami penurunan kondisi manufaktur secara marginal. Angka PMI Vietnam kini berada di bawah batas netral 50,0 dalam enam dari tujuh periode survei terakhir.

Dari tiga negara yang tercatat mengalami peningkatan kondisi operasional, Myanmar mengalami pertumbuhan sektor manufaktur paling lambat. Faktanya, laju ekspansi menurun sejak bulan Agustus dan hanya menunjukkan kenaikan kecil (PMI menunjukkan angka 50,1). Perusahaan manufaktur Filipina melaporkan kenaikan terkini dalam kondisi operasional pada bulan September, setelah penurunan pertama dalam dua tahun yang terjadi pada bulan Agustus.

Namun demikian, kenaikan secara keseluruhan tergolong marginal (PMI menunjukkan angka 50,6). Ekspansi terkuat tercatat di Indonesia. Namun, headline PMI Indonesia turun ke tingkat terendah dalam empat bulan di angka 52,3. Dapat disimpulkan bahwa sektor manufaktur ASEAN menutup kuartal ketiga tahun 2023 dengan kondisi yang lebih rendah, selaras dengan penurunan headline PMI ke wilayah kontraksi untuk pertama kalinya dalam 25 bulan. Penyebab penurunan adalah permintaan baru pada pesanan pabrik, meskipun tergolong sedang. Setelah mengalami pertumbuhan selama delapan bulan. Penurunan lebih lanjut dalam bisnis ekspor baru juga berpengaruh pada volume pekerjaan baru secara keseluruhan.

Selanjutnya, pertumbuhan output turun ke level terendah dalam periode ekspansi dua tahun terakhir. Secara bersamaan, aktivitas pembelian mengalami stagnasi pada bulan September, sehingga mengakhiri periode ekspansi yang berlangsung sejak Oktober 2021. Sebaliknya, perusahaan manufaktur berupaya meningkatkan pemanfaatan inventaris saat ini. Stok praproduksi berkurang untuk pertama kalinya dalam enam bulan, sedangkan stok barang jadi telah menyusut selama lima bulan berturut-turut pada laju terkuat dalam hampir dua tahun.

|Baca juga: PMI Manufaktur Indonesia Turun ke Level 52,3 pada September 2023

Perusahaan manufaktur terus mencari terobosan untuk penumpukan pekerjaan mereka, yang berkurang pada laju paling cepat dalam sembilan bulan. Karena perusahaan mampu mengendalikan beban kerja dan penurunan pesanan baru terkini, ketenagakerjaan sedikit turun pada bulan September.

Sementara itu, perusahaan manufaktur di ASEAN terus menghadapi kenaikan beban biaya. Harga input melonjak tajam pada laju tercepat sejak bulan April. Demikian pula, biaya output naik pada laju tercepat dalam empat bulan. Namun demikian, tingkat inflasi masih jauh di bawah catatan tahun lalu.

Kabar baiknya, waktu pengiriman input dari pemasok menjadi lebih singkat selama tujuh bulan berturut-turut. Selain itu, perusahaan tetap optimis akan kenaikan output pada 12 bulan mendatang. Tingkat kepercayaan diri menguat ke level tertinggi dalam lima bulan, meskipun masih berada di bawah rata-rata jangka panjang.

Menanggapi data PMI Manufaktur ASEAN, Maryam Baluch, Ekonom S&P Global Market Intelligence mengatakan sektor manufaktur ASEAN menunjukkan tanda-tanda penurunan baru pada bulan September sejalan dengan headline PMI yang turun di bawah tanda netral 50,0 untuk pertama kalinya dalam dua tahun lebih. Jumlah pekerjaan baru turun untuk pertama kalinya pada tahun 2023 hingga saat ini, sementara tingkat pertumbuhan produksi menurun ke level terendah dalam 24 bulan.

Selain itu, sambung dia, tercatat empat dari tujuh negara ASEAN peserta survei yang mengalami penurunan kondisi operasional, dua di antaranya (Singapura dan Thailand) mengalami kontraksi terkuat dalam dua tahun terakhir.

“Dengan penurunan permintaan barang-barang ASEAN, perusahaan beralih mengandalkan kepemilikan stok saat ini untuk memenuhi kebutuhan bisnis, dengan inventaris praproduksi dan pascaproduksi yang telah berkurang pada bulan September, sementara aktivitas pembelian mengalami stagnasi.

Menurutnya, kepercayaan diri perusahaan manufaktur di ASEAN masih lemah berdasarkan standar historis di tengahtengah kekhawatiran iklim ekonomi global yang lebih luas, data menunjukkan risiko penurunan lebih lanjut bagi sektor manufaktur pada masa mendatang.

 

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post PMI Manufaktur Indonesia Turun ke Level 52,3 pada September 2023
Next Post Kantongi Kas Rp183,4 Triliun, Peringkat Bank Rakyat Indonesia (BRI) Ditegaskan idAAA

Member Login

or