Media Asuransi, JAKARTA – AM Best mempertahankan pandangan negatif terhadap segmen asuransi umum di Indonesia, dengan alasan meningkatnya risiko kredit reasuransi dan potensi tekanan pada margin underwriting karena meningkatnya biaya reasuransi dan perlindungan yang lebih ketat.
Laporan Segmen Pasar The Best , “Market Segment Outlook: Indonesia Non-Life Insurance,” menyatakan bahwa eksposur pasar asuransi umum primer terhadap risiko kredit pihak lawan (counterparty credit risk) reasuransi telah memburuk karena kekuatan finansial dari beberapa perusahaan reasuransi dalam negeri telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir karena kerugiaan perusahaan yang terlalu besar dalam jalur asuransi jiwa, kesehatan, dan kredit mereka.
|Baca juga: Kinerja Asuransi Umum 2022, Premi Melonjak di Masa Akhir Pandemi Covid-19
AM Best memperkirakan margin underwriting perusahaan asuransi primer akan berada di bawah tekanan karena pasar reasuransi yang semakin menguat. “Sebagai alternatif untuk membayar biaya reasuransi yang lebih tinggi, perusahaan asuransi di Indonesia dapat memilih untuk meningkatkan tingkat retensi mereka,” kata Chris Lim, associate Director, Analytics, AM Best.
Namun, jelasnya, hal ini akan meningkatkan ketidakstabilan pendapatan—perusahaan asuransi akan menanggung risiko bencana yang lebih besar mengingat negara ini rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi dan banjir.
Kerugian underwriting pada lini bisnis asuransi kredit, serta pertumbuhan premi yang lebih lambat pada lini asuransi properti dan meningkatnya klaim asuransi kesehatan, juga merupakan faktor-faktor yang menyebabkan prospek negatif.
Dalam jangka panjang, AM Best memperkirakan ekspansi segmen asuransi umum akan didukung oleh pertumbuhan perekonomian negara, dan khususnya seiring dengan terus berkembangnya pasar asuransi di Indonesia dan peningkatan penetrasi asuransi umum.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News