1
1

Saat IHSG Terkoreksi, Investor Disarankan Buy on Weakness pada Saham Undervalued

Perdaganagan saham di Bursa Efek Indonesia. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Investor pasar saham disarankan dapat memanfaatkan strategi buy on weakness ketika IHSG sedang terkoreksi pada perdagangan pekan ini. Investor bisa lebih selektif pada saham-saham dengan fundamental yang masih undervalued.

Dikutip dalam Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama menerangkan IDX Composite (IHSG) dalam sepekan terakhir bergerak bearish sebesar -0,74% ke level 6.888,52 poin. Investor asing mencatatkan net sell di pasar saham sebanyak Rp11,46 miliar. Dominan net sell terjadi pada saham BBRI (Rp579 miliar), GOTO (Rp262,4 miliar), dan UNTR (Rp110,7 miliar).

Sentimen penggerak pasar dari domestik rilis data S&P Global PMI Manufaktur turun menjadi 52,3 poin pada September 2023 (prev: 53,9 poin). Industri manufaktur dihadapi dengan harga bahan baku yang kembali menguat serta tingginya biaya transportasi mendorong sebagian industri memilih untuk menaikkan harga jualnya. Rilis data Cadangan Devisa (Cadev) kembali turun menjadi US$134,9 miliar pada September 2023 (prev: US$137,1 miliar).

|Baca juga: BEI Catatkan Rekor Baru Catatkan Saham Tertinggi  2023

Dampak dari penguatan nilai tukar Dolar AS dipicu oleh harga minyak global yang kembali menguat serta meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global telah menekan nilai cadangan devisa. Meskipun BI telah menerbitkan kebijakan DHE dan SRBI dalam upaya stabilisasi nilai tukar rupiah, namun masih belum mampu mendorong nilai cadangan devisa.

Data terbaru menunjukan kebijakan DHE sejauh ini baru menarik valas sekitar US$1,7 miliar selama periode Agustus hingga 3 Oktober 2023. Sedangkan nilai emisi SRBI terbaru sebesar Rp80,6 triliun. Pertumbuhan kinerja ekspor menjadi harapan pendorong cadangan devisa kedepan.

Sentimen dari global, rilis data PMI China kembali turun diantaranya Manufaktur (act: 50,6 poin; prev: 51,0 poin) , Servis (act: 50,2 poin; prev: 51,8 poin), dan Komposit (act: 50,9 poin; prev: 51,7 poin). Penurunan itu mengindikasikan aktivitas ekonomi masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan pasca re-opening China. Sedangkan dari AS, rilis data S&P Global Manufaktur kembali meningkat menjadi 49,9 poin pada September 2023 (prev: 47,9 poin).

|Baca juga: 58 Perusahaan Lagi yang Akan IPO Hingga Akhir Tahun

Pasar Obligasi bergerak bearish dalam sepekan terakhir. Yield SUN 10-yr naik sebesar 17,30 bps ke level 7,08%. Sentimen dari domestik rilis data inflasi tahunan turun menjadi 2,28% pada September 2023 (prev: 3,27%). Meskipun dari domestik memberikan sinyal positif, namun sentimen global membayangi pergerakan pasar obligasi domestik.

Dari AS, rilis data ketenagakerjaan Pejabat The Fed terbaru memberikan sinyal hawkish-nya. Dot-plot terbaru menunjukan akan ada kenaikan FFR satu kali lagi pada sisa akhir tahun ini.

Dalam sepekan ke depan, Tim Riset Infovesta memperkirakan pada pasar saham, investor diharapkan dapat memanfaatkan strategi buy on weakness ketika IHSG sedang terkoreksi. Investor dapat lebih selektif lagi dalam memilih saham dengan melihat fundamental yang masih tergolong undervalued.

“Sedangkan pada pasar obligasi, investor dapat kembali melakukan akumulasi pembelian pada SUN yang harganya sudah terdiskon dan Investor dapat memilih SRBI sebagai salah satu opsi ditengah tingginya ketidakpastian pasar.”

 

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post ANALISIS TEKNIKAL: Harga CPO Berpotensi Naik, Kenaikan Jagung Mulai Terbatas 
Next Post Bolttech Insurance dan Trip.com Luncurkan Layanan Pembeliaan Asuransi Perjalanan Lewat Mobile Web

Member Login

or