1
1

BEI Dorong Peningkatan Investor Pasar Modal Syariah

    Potensi pasar modal syariah di Indonesia begitu besar, terutama jika dikaitkan dengan jumlah penduduk yang tahun 2019 ini diperkirakan mencapai 267 juta jiwa, mayoritas beragama Islam. Saat ini jumlah investor pasar modal syariah baru mencapai 5,6 persen dari total jumlah investor pasar modal di Tanah Air. Tahun ini jumlah investor pasar modal syariah diharapkan tumbuh hingga 100 persen dibanding 2018.

    Dari sisi nilai aset keuangan syariah Indonesia di pasar global, Indonesia ada di peringkat ketujuh dengan nilai mencapai 81 miliar dolar AS pada 2017, mengalahkan Turki yang nilai aset keuangan syariahnya mencapai 49,5 miliar dolar AS. “Indonesia peringkat ketujuh aset keuangan syariah di dunia 2017. Karena masih kecil ruang tumbuhnya begitu besar,” jelas Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI) Iwan Abdalloh di Jakarta, Maret 2019.

    Lebih lanjut diuraikan bahwa negara yang memiliki aset keuangan syariah tertinggi didunia pada 2017 adalah Iran, dengan jumlah aset keuangan syariah mencapai 545 miliar dolar AS. Sedangkan posisi kedua ditempati Saudi Arabia jumlah aset keuangan syariah mencapai 472 miliar dolar AS. Malaysia menduduki peringkat ketiga dengan jumlah aset keuangan syariah mencapai 405 miliar dolar AS. Posisi keempat ditempati oleh Uni Emirat Arab jumlah aset keuangan syariahnya mencapai 203 miliar dolar AS. Kemudian di posisi kelima ada Kuwait jumlah aset keuangan syariah mencapai 120 miliar dolar AS. Sedangkan Bahrain di posisi keenam dengan jumlah aset keuangan syariah mencapai 99 miliar AS.

    Data BEI menunjukkan jumlah investor pasar modal syariah hingga Maret 2019 telah mencapai 50.500 investor, naik dari posisi akhir 2018 lalu sebanyak 44.536 investor, sedangkan di tahun 2017 jumlahnya ada 23.207 investor. Irwan Abdalloh optimistis, hingga akhir 2019 ini pertumbuhan investor pasar modal dapat melampaui capaian tahun yang tumbuh 92 persen. Jumlah 44.536 investor pasar modal syariah di tahun lalu, setara dengan 5,2 persen dari total jumlah investor pasar modal di Indonesia. “Kita pasang target paling tidak (akan tumbuh) sama tahun lalu 92 persen, syukur-syukur bisa sampai 100 persen,” ungkapnya beberapa waktu lalu.

    Dibandingkan dengan total investor saham di BEI secara keseluruhan yang mencapai 851.622 investor pada akhir Desember 2018, jumlah investor saham syariah pada periode itu baru mencapai 5,2 persen. Data terakhir per kuartal pertama 2019, rasio investor syariah terhadap total investor mencapai 5,6 persen. Sedangkan investor syariah yang aktif, melakukan transaksi efek minimal satu kali per bulan, mencapai 9.378 investor atau 19 persen dari total 50.048 investor yang tercatat pada kuartal pertama 2019.

    Secara geografis, sebaran investor saham syariah masih terpusat di Pulau Jawa yaitu sebanyak 32.534 investor atau sekitar 65 persen dari total investor syariah. Sedangkan sisanya 20 persen di Sumatera, delapan persen di Kalimantan, empat persen di Sulawesi, dan sisanya di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali, Papua, dan Papua Barat.

   Untuk meningkatkan jumlah investor saham syariah, BEI melakukan berbagai upaya, salah satunya menggandeng komunitas. Irwan menekankan, memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pasar modal syariah menjadi sangat penting, kendati tujuan akhirnya yaitu mengajak masyarakat untuk jadi investor saham syariah.

   Irwan  mengakui bahwa literasi masyarakat mengenai pasar modal syariah masih menjadi tantangan terbesar, karena itu harus digalakkan, terlebih bagi investor ritel. Padahal, jika dilihat secara populasi, potensi investor saham syariah sangat besar. BEI bersama para pemangku kepentingan (stakeholders) akan mendesain aktivitas literasi pasar modal syariah, mendorong pendalaman pasar, meningkatkan kesadaran berinvestasi, menggandeng komunitas dan mitra seperti Baznas (Badan Amil Zakat Nasional), dan menjajaki kerja sama dengan fintech.

   Pada 2018, BEI menggelar 233 kegiatan edukasi di 77 kota di Indonesia dengan jumlah peserta 21.246 orang. Untuk tahun 2019, BEI sudah menggelar 43 kegiatan edukasi di 17 kota dengan jumlah peserta 3.099 orang. Dari jumlah itu, 25 persen sudah menjadi investor syariah. “Kita mengubah pemahaman masyarakat dari yang tidak paham jadi paham, dari sudah paham jadi investor, yang jadi investor aktif bertransaksi, dan yang aktif jangan lupa filantropi. Konversi jadi investornya lebih tinggi, sekitar 87 persen,” jelas Irwan.

    Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis kinerja indeks saham syariah akan positif di tahun 2019. Hal ini disampaikan Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi di Jakarta, beberapa waktu lalu. Dia juga berharap, kenaikan jumlah investor akan didukung penambahan jumlah anggota bursa yang masuk dalam Syariah Online Trading System (SOTS), saat ini baru ada 13 anggota. “Target khusus tidak ada, tapi mudah mudahan angka 20 anggota SOTS akan tercapai,” tuturnya.

    Untuk mendorong kinerja indeks saham syariah di 2019, Direktur Utama BEI Inarno Djayadi mengatakan bahwa pihaknya akan terus mendorong Anggota Bursa untuk menjadi SOTS. “Kita perlu sosialisasi, agar mereka realize di sini, karena ada market-nya. Selama ini mungkin (saham syariah) dianggap belum terlalu besar dan belum lihat potensi ke depan. Padahal kalau dilihat dari 2014, ini luar biasa (perkembangannya), jelas dia.

    Inarno menegaskan, saham-saham dalam indeks saham syariah merupakan saham-saham likuid. BEI akan terus memperbanyak variasi aset syariah, seperti tahun ini akan ada EBA syariah dan RDN syariah. Saat ini ada tiga jenis indeks saham syariah di pasar modal Indonesia, yakni Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) merupakan indeks composite dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Jakarta Islamic Index (JII), dan Jakarta Islamic Index 70 (JII70).

    Sementara itu, Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Friderica Widyasari Dewi mengatakan saham syariah sebenarnya memiliki peminat cukup tinggi. Di pasar modal Indonesia, terdapat lebih dari 50 persen saham berbasis syariah. Namun, selama ini masyarakat masih ragu berinvestasi lantaran fatwa sebelumnya dirasa belum sempurna. Fatwa nomor 124/DSN-MUI/Xl/2018 terkait Proses Bisnis Atas Layanan Jasa KSEI bisa dikatakan menyempurnakan fatwa-fatwa sebelumnya. “Harapan kami dari hulu sampai hilir, orang kalau mau investasi syariah, sekarang sudah yakin, sesuai prinsip syariah,” katanya awal April 2019.

   Secara terpisah, Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan bahwa pasar modal syariah Indonesia merupakan satu dari sedikit pasar modal di dunia yang menjalankan prinsip syariah secara end to end. Seluruh proses investasi, mulai dari pendaftaran menjadi investor, rekening efek, rekening dana nasabah, fasilitas transaksinya, instrumen investasi, hingga pasar modalnya sudah memenuhi prinsip syariah.

    Friderica mengatakan bahwa emiten-emiten pun berlomba untuk mendapatkan status saham syariah bahkan sejak IPO, sebab predikat itu memberikan basis investor lebih luas bagi mereka. Dirinya optimistis pasar modal syariah akan terus berkembang dengan upaya serius dari semua pemangku kepentingan. Menurut dia, saham syariah tidak hanya digemari umat muslim. Investor memilih saham syariah karena dipandang lebih prudent. Jika terjadi gejolak, saham syariah relatif tidak ikut terkena dampak dibandingkan saham non-syariah. S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Perbankan Syariah Optimistis, Pembiayaan Tumbuh Double Digit
Next Post Mencermati Perjalanan Ekonomi Indonesia

Member Login

or