1

Infovesta: Investor Perlu Selektif Pilih Saham Undervalued

Perdagangan Saham di Bursa Efek Jakarta. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Dalam sepekan ke depan, Infovesta Utama menyarankan investor saham untuk lebih selektif lagi dalam memilih saham dengan melihat fundamental yang masih tergolong undervalued. Sedangkan pada pasar obligasi, investor dapat membeli obligasi jangka pendek dengan valuasi yang lebih menarik dan mengurangi risiko tingginya ketidakpastian pasar.

Melalui Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama menjelaskan IDX Composite (IHSG) dalam sepekan terakhir bergerak bearish sebesar -1,12% ke level 6.849,17 poin. Investor asing mencatatkan net sell di pasar saham sebanyak Rp3,29 triliun. Aksi net sell dominan terjadi pada saham BBRI (Rp2,40 triliun), TLKM (Rp2,00 triliun), dan GOTO (Rp1,00 triliun).

Sentimen penggerak pasar dari domestik yakni rilis data kredit menunjukan perlambatan pertumbuhan kredit ke level 8,96% (prev; 9,06%). Perlambatan laju pertumbuhan kredit mencerminkan laju pertumbuhan daya beli masyarakat. Meningkatnya beberapa harga bahan pangan dan harga bahan bakar nonsubsidi, membuat masyarakat lebih memilih untuk mempertimbangkan kembali dalam melakukan spending-nya. Laju pertumbuhan kredit dapat berimplikasi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi.

|Baca juga: BEDAH SAHAM: Pandangan Positif untuk Saham Ace Hardware (ACES)

Di sisi lain, rilis data neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan peningkatan surplus US$3,42 miliar pada September (prev; US$3,12 miliar). Peningkatan surplus terutama didorong dari perdagangan nonmigas (besi, baja, produk logam mulia, perhiasan, dan nikel). Sedangkan dari sisi migas masih mencatatkan angka defisit sejalan dengan kenaikan impor minyak mentah.

Melihat tren harga minyak global kembali menguat salah satu faktornya imbas dari pemangkasan produksi yang dilakukan oleh OPEC+ dan Rusia, serta dari domestik dampak dari fenomena El Nino yang mendorong penggunaan energi bahan bakar terutama dalam aktivitas produksi, hal ini dapat menjadi tantangan tersendiri terhadap laju inflasi kedepan.

Sentimen dari global, rilis data pertumbuhan ekonomi China kuartal III/2023 melambat ke level 4,9% YoY (prev: 6,3% YoY). Perlambatan permintaan terutama dari sisi konsumsi dan tertekannya sektor properti membuat pertumbuhan ekonomi China kembali melambat.

Dari AS, rilis data penjualan ritel tahunan kembali meningkat menjadi 3,8% (prev; 2,9%). Pasar mencermati peningkatan salah satu indikator tersebut justru menjadi risiko lanjutan. “Good news is bad news” Pasar Obligasi bergerak bearish dalam sepekan terakhir. Yield SUN 10-yr naik sebesar 38 bps ke level 7,16%. Kurs Spot Rupiah terdepresiasi 0,98% ke level 15.856/USD. Sentimen penggerak pasar obligasi, Bank Indonesia pada RDGBI menaikan suku bunga sebesar 25bps menjadi 6,00%.

Kenaikan BI-7DRR di luar ekspektasi pelaku pasar sehingga menjadi sentimen negatif untuk pasar obligasi domestik. Sentimen dari global, testimoni terbaru dari Gubernur The Fed, Jerome Powell yang mengatakan saat ini kebijakan moneter belum terlalu ketat dan inflasi belum turun signifikan menjadi sinyal bahwa The Fed masih akan meneruskan kebijakan suku bunga tinggi dalam waktu yang lama.

 

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post ALVA Hadirkan ALVA Experience Center di Surabaya
Next Post Ini Dia Top 5 Reksa Dana Return Tertinggi YTD 20 Oktober 2023

Member Login

or