Media Asuransi, GLOBAL – Sifat pasar asuransi Asia yang terfragmentasi dan kesenjangan perlindungan yang besar, berarti kawasan ini dapat menawarkan peluang yang menguntungkan bagi perusahaan teknologi yang mampu membantu menutup kesenjangan tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh Group Chief Strategy Officer dan Chief Executive Officer Solusi Asuransi Bolttech, Stephan Tan.
Diluncurkan di Singapura pada tahun 2020, bolttech dianggap sebagai insurtech ‘unicorn’, dengan jangkauan global dan valuasi sekitar US$1,6 miliar. Perusahaan ini didukung oleh perusahaan asuransi termasuk Tokio Marine dan Metlife, dan baru-baru ini mendapatkan pendanaan sebesar US$246 juta, menandai seri B ekuitas terbesar untuk sebuah insurtech. Mereka berencana menggunakan dana tersebut terutama untuk ekspansi ke pasar negara berkembang.
Sejalan dengan strategi pertumbuhannya, pada tahun 2022 perusahaan mengakuisisi perantara asuransi dan broker spesialis AVA Insurance Brokers dan AVA Insurance Agency yang berbasis di Singapura.
|Baca juga: Bolttech Berkolaborasi dengan Three Sweden Guna Mengembangkan Perlindungan Perangkat
Tan sangat optimistis mengenai peluang di Asia Tenggara, karena dia melihat adanya kesenjangan di pasar karena rendahnya adopsi asuransi. “Ada peluang pertumbuhan yang sangat besar, terutama dalam distribusi asuransi dan infrastruktur, dan juga di sisi penjaminan emisi, karena ini bukan pasar yang harmonis,” katanya dikutip dari laman Intelligence Insurance, Rabu, 1 November 2023.
Selain itu, Asia berbeda dengan Amerika dan Eropa. Masih sangat terfragmentasi, dari satu negara ke negara lain, dan itu membuka banyak peluang.
Menurut Tan, beberapa model bisnis dan pola pikir industri perlu disegarkan. Namun beberapa perubahan transformatif yang diperlukan tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja. “Kita membutuhkan lebih banyak orang di garis depan untuk membawa perubahan. Tidak ada pemain yang bisa melakukan itu sendirian,” ujarnya.
Mengatasi resistensi
Tantangan memang ada. Salah satunya adalah pola pikir tradisional dalam sektor asuransi. Tan menjelaskan bahwa industri dari perspektif underwriting tradisional bisa saja lambat dalam melakukan perubahan, dan lingkungan peraturan tidak membuatnya lebih mudah.
“Artinya, untuk membuat perubahan besar, kita perlu menunjukkan kepada mitra distribusi apa yang dapat dilakukan dengan asuransi, mengedukasi pasar. tentang cara dan produk baru untuk meningkatkan keterlibatan pelanggan,” ujarnya.
Namun, tidak semuanya perlu dirombak, karena seluruh sistem underwriting tidak rusak. Underwiting asuransi di Asia memiliki rekam jejak pengalaman yang panjang dalam penetapan harga dan penilaian risiko.“Saya yakin fokusnya harus pada mendekatkan diri pada konsumen akhir, menyelaraskan dengan kebutuhan bisnis yang terus berkembang,” pungkasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News