Media Asuransi, JAKARTA – Meski mengalami penurunan, neraca perdagangan Indonesia yang masih surplus di Oktober ini mencerminkan daya tahan Indonesia di tengah risiko global yang masih eskalatif.
“Peningkatan risiko ini akan terus kami waspadai dengan terus memantau dan menyiapkan berbagai opsi bantalan kebijakan untuk meredam gejolak global dan menjaga stabilitas dan kinerja ekonomi,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu yang dikutip dari keterangan resminya, Jumat, 17 November 2023.
Merujuk data Kemenkeu, nilai surplus neraca dagang Indonesia tercatat sebesar US$3,48 miliar di Oktober 2023 atau telah mengalami surplus selama 42 bulan berturut-turut. Sedangkan secara kumulatif, surplus neraca perdagangan selama periode Januari–Oktober 2023 mencapai US$31,22 miliar.
Sedangkan ekspor Indonesia pada bulan Oktober 2023 tercatat US$22,15 miliar, turun sebesar 10,43 persen (yoy), terutama karena high base effect tahun lalu serta menurunnya harga komoditas tahun ini. Penurunan tersebut terjadi pada semua sektor, yaitu sektor industri pengolahan (5,03 persen, yoy), pertambangan (28,57 persen, yoy), dan pertanian (21,58 persen, yoy).
|Baca juga: Kinerja Fiskal Indonesia Dinilai dalam Kondisi Kuat
Meskipun dari sisi nilai mengalami penurunan, namun volume ekspor mengalami kenaikan sebesar 7,16 persen (yoy), sebagai indikasi bahwa permintaan dari negara-negara mitra masih cukup kuat. Secara kumulatif, ekspor Indonesia selama periode Januari–Oktober 2023 mencapai US$214,41 miliar.
Kinerja perdagangan yang melambat sejatinya tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga terjadi di negara-negara mitra dagang Indonesia sebagai konsekuensi pelemahan ekonomi global. Meskipun perekonomian Amerika Serikat (AS) dalam tren menguat, impor AS dari global secara keseluruhan masih terkontraksi.
Hal ini terutama karena tren penguatan ekonomi AS lebih ditopang oleh sektor jasa domestik. Nilai ekspor Indonesia ke AS terkontraksi sebesar -0,51 persen (mtm).
Demikian pula perlambatan aktivitas ekonomi di kawasan ASEAN, yang menyebabkan ekspor ke Singapura dan Malaysia terkontraksi masing-masing sebesar 4,73 persen dan 2,28% persen (mtm). Namun berbeda dengan ekspor ke China, yang masih tumbuh sebesar 11,96 persen (mtm) di tengah perlambatan ekonomi negara itu.
Impor Indonesia di bulan Oktober 2023 mencatatkan nilai sebesar US$18,67 miliar atau turun 2,42 persen (yoy). Penyebab utama turunnya kinerja impor tersebut adalah penurunan impor bahan baku/penolong sebesar 6,08% (yoy). Sementara impor barang konsumsi dan barang modal tumbuh masing-masing sebesar sebesar 3,83 persen dan 11,08 persen (yoy). Secara kumulatif, impor Indonesia pada periode Januari–Oktober 2023 mencapai US$183,19 miliar.
“Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” pungkas Febrio.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News