Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama menyarankan pada perdagangan pekan ini investor memilih saham di sektor perbankan dan sektor konsumer yang tergolong undervalued dan mempunyai fundamental solid.
Hal tersebut seiring dengan dimulainya kampanye pilpres. Sementara itu, untuk pasar obligasi, investor dapat melanjutkan menggunakan strategi barbel.
Dikutip dari Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama memaparkan dalam sepekan terakhir kinerja IDX Composite (IHSG) bergerak bullish sebesar +0,72% ke level 7.059,91. Posisi asing mencatatkan net buy sebanyak Rp593,92 triliun. Sedangkan pada saham, net buy asing terbesar yakni BBRI (Rp291,9 miliar), TLKM (Rp210,7 miliar), dan ASII (Rp200,9 miliar).
Sentimen dari domestik rilis data jumlah laju uang beredar turun (Nov: 3,4% ; Prev: 6%). Pengetatan likuiditas yang dilakukan oleh Bank Indonesia berdampak terhadap laju pertumbuhan kredit. Laju pertumbuhan kredit dapat dikorelasikan langsung terhadap earnings growth pada sektor bank secara umum.
Di sisi lain, pertumbuhan deposit turun lebih dalam dibandingkan dengan laju kredit (Nov:3,9% ; Prev: 6,4% ). Lambatnya pertumbuhan laju deposit salah satu faktornya dipengaruhi oleh SRBI. Tingkat imbal hasil SRBI yang lebih menarik dibandingkan dengan tenor yang sama dengan deposit menjadi opsi untuk meningkatkan gain terhadap portfolio di tengah tekanan ketidakpastian pasar (12months; SRBI: 6,91% vs Deposit: 5,17%).
|Baca juga: Kampanye Pilpres Dimulai, Investor Bisa Koleksi Saham Perbankan dan Konsumer
Rilis data S&P PMI Manufaktur Indonesia berlanjut ke level ekspansi (Nov: 51,7 poin; Prev: 51,5 poin). Indeks manufaktur yang meningkat didorong aktivitas industri, tercermin pada angka ketenagakerjaan yang meningkat serta pesanan baru baik dari domestik dan ekspor yang masih tumbuh positif. Sentimen dari global, rilis indeks PMI Manufaktur NBS China turun tipis (Nov: 49,4 poin; Prev: 49,5 poin).
Indeks manufakur China yang masih terkontraksi, menandakan aktivitas industri yang masih melambat. Peran pemerintah China perlu lebih giat lagi dalam mendukung sektor properti dengan memberikan stimulus, sehingga dapat memicu minat masyarakat terhadap sektor properti. Sentimen dari AS rilis data estimasi laju pertumbuhan ekonomi tumbuh lebih cepat (Q3: 5,25% ; Q2: 2,1%). Estimasi peningkatan laju ekonomi AS mencerminkan semakin kecil potensi resesi di AS.
Di sisi lain, pasar juga meyakini level inflasi yang ditargetkan the Fed di level 2% besar kemungkinan belum dapat terealisasi pada sisa akhir tahun 2023. Namun demikian, risiko terkait kebijakan pengetatan FFR diprediksi semakin pudar dan sekarang pasar mulai meningkatkan ekspektasinya terhadap adanya penurunan FFR pada semester I/2024.
Sedangkan pada pasar obligasi, Infovesta Govt. Bond Index tumbuh bullish sebesar +0,23% ke level 10.052,23. Kurs Rupiah terhadap US Dollar terapresiasi sebesar 0,40% ke Rp15.524. Sentimen dari domestik rilis data inflasi tahunan meningkat (Nov: 2,86%; Prev: 2,56%; Cons: 0,22%), namun masih di level target BI 3±1%.
Sentimen dari AS, rilis indeks PCE turun (Nov:3%; Prev: 3,4%). Turunnya indeks PCE menjadi katalis positif untuk pasar dimana indeks PCE menjadi indikator favorit the Fed untuk menentukan kebijakan moneter ke depan.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News