Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings Indonesia telah mempublikasikan Peringkat Nasional Jangka Panjang ‘A+(idn)’ untuk PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), penyedia jasa pertambangan batubara terbesar kedua di Indonesia. Outlook adalah Stabil.
Fitch juga memberikan peringkat ‘A+(idn)’ untuk penerbitan obligasi BUMA senilai Rp1,5 triliun. Peringkat penerbitan ini ada di tingkat yang sama dengan Peringkat Nasional Jangka Panjang BUMA karena obligasi ini merepresentasikan kewajiban senior tanpa jaminan.
“Peringkat tersebut mencerminkan ekspektasi Fitch bahwa BUMA dapat mempertahankan profil bisnis sesuai dengan tingkat peringkat saat ini, dan menjaga leverage di bawah sensitivitas negatifnya selama empat tahun ke depan,” tulis Fitch dalam keterangan resminya.
|Baca juga: Bukit Makmur Mendiri Utama (BUMA) Bakal Rilis Obligasi Rp1,5 Triliun
Fitch memperkirakan BUMA akan mempertahankan volume overburden removal yang stabil selama dua tahun ke depan, dan setelahnya dapat menggantikan sebagian besar volume yang hilang setelah jatuh tempo kontrak pelanggan utama pada tahun 2025. Profil keuangan BUMA akan didukung oleh rendahnya belanja modal pada dua hingga tiga tahun kedepan, memberikan ruang yang memadai untuk siklus belanja modal pengganti berikutnya, kemungkinan besar pada tahun 2025-2026.
“Peringkat Nasional ‘A’ menunjukkan ekspektasi tingkat risiko gagal bayar yang rendah relatif terhadap emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama.”
Fitch memperkirakan volume overburden removal tahunan BUMA Indonesia akan bertahan di sekitar 425 juta-430 juta bank cubic meter (mbcm) pada 2023-2024, kemudian turun sekitar masing-masing 5% di tahun 2025 dan tahun 2026 dengan memperhitungkan beberapa risiko penggantian volume setelah berakhirnya kontrak utama pada tahun 2025. Volume overburden BUMA meningkat sebesar 32% pada tahun 2022 menjadi 430 mbcm (2021: 326mbcm), dipimpin oleh pertumbuhan volume dari PT Adaro Indonesia Tbk (BBB-/ Stabil) dan PT Bayan Resources Tbk.
Volume overburden removal BUMA sebesar 352mbcm pada 9M23 (9M22: 323mbcm), sejalan dengan ekspektasi Fitch mengenai volume yang relatif datar sepanjang tahun ini untuk operasinya di Indonesia. Fitch memperkirakan volume BUMA Australia akan tumbuh menjadi 160mbcm pada tahun 2023 (9M23: 110mbcm; FY22: 116mbcm) seiring dengan peningkatan produksi.
Fitch memperkirakan belanja modal terkonsolidasi BUMA akan tetap rendah pada US$125-US$135 juta per tahun hingga 2025, terutama terkait dengan pengeluaran pemeliharaan, mendukung perbaikan pada leverage. Sampai dengan 9M23, BUMA telah mengeluarkan total US$86 juta belanja modal, termasuk beberapa tambahan yang seharusnya dikeluarkan di tahun 2022, sesuai dengan ekspektasi (2022: US$148 juta).
Belanja modal yang tinggi di tahun 2021 sebesar US$340 juta terutama untuk meningkatkan kapasitas guna mendukung pertumbuhan volume dari pelanggan, dan akan tetap mencukupi untuk mendukung produksi hingga tahun 2025 tanpa membutuhkan peningkatan belanja modal.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News