Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) pada perdagangan Kamis pagi terpantau menguat ketimbang penutupan perdagangan di hari sebelumnya di posisi Rp15.643 per US$. Pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo terkait gerak mata uang Garuda dan suku bunga membuat rupiah perkasa.
Mengutip Bloomberg, Kamis, 18 Januari 2024, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi dibuka menguat di level Rp15.617 per US$ dengan year to date return 1,47 persen. Pagi ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp15.615 hingga Rp15.625 per US$. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di level Rp15.527 per US$.
|Baca: Dapat Sentimen Positif dari BI, IHSG Perdagangan Pagi Menguat
Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 16-17 Januari 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00 persen. Kemudian, suku bunga deposit facility dipertahankan di 5,25 persen dan suku bunga lending facility di 6,75 persen.
“Keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 persen plus-minus satu persen pada 2024,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Lebih lanjut, BI menyampaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada awal tahun ini hingga 16 Januari 2024 relatif stabil. BI meyakini ke depan nilai tukar rupiah akan tetap stabil dengan kecenderungan menguat. Adapun hingga 16 Januari 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hanya melemah 1,24 persen dari Desember 2023 atau secara year to date (ytd).
Dolar AS capai level tertinggi
Di sisi lain, dolar AS mencapai level tertingginya dalam satu bulan terhadap sejumlah mata uang lainnya di akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Hal itu terjadi karena safe haven menguat akibat terpukulnya sentimen dari data Tiongkok yang lemah dan penentu suku bunga global yang menentang pemotongan dalam waktu dekat.
Sterling menguat karena kenaikan inflasi Inggris. Sedangkan indeks dolar AS mencapai level 103,58, tertinggi sejak 13 Desember, memperpanjang kenaikan setelah melonjak 0,67 persen pada Selasa waktu setempat (Rabu WIB).
|Baca: 4 Saham Pilihan Hari Ini saat IHSG Rawan Koreksi
Lonjakan tersebut sebagian didorong oleh Christopher Waller dari Federal Reserve yang mengatakan meskipun AS berada dalam jarak yang sangat dekat dengan sasaran inflasi dua persen yang ditetapkan oleh The Fed, bank sentral tidak boleh terburu-buru menurunkan suku bunga acuannya. Hal itu sampai suku bunga acuannya jelas lebih rendah dan inflasi tetap terjaga.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News