Media Asuransi, JAKARTA – PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) diketahui akan menerbitkan obligasi sebesar Rp2,7 Triliun. Fitch Ratings Indonesia telah menetapkan Peringkat Nasional Jangka Panjang ‘AA+(idn)’ untuk penerbitan obligasi sejumlah Rp2,7 triliun dari PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBI, BBB-/AA+(idn)/Stabil).
Obligasi tersebut diperingkat sama dengan Peringkat Nasional Jangka Panjang TBI karena utang tersebut merepresentasikan kewajiban senior tanpa jaminan dari perusahaan.
“Obligasi ini adalah penerbitan ketiga dari program obligasi perusahaan sebesar Rp20 triliun. Perusahaan menara independen yang berbasis di Indonesia ini akan menggunakan dana yang terhimpun dari penerbitan ini untuk membiayai kembali utang yang ada saat ini,” tulis Fitch dalam keterangan resmi yang dikutip, Jumat, 19 Januari 2024.
Peringkat Nasional ‘AA’ menunjukkan ekspektasi tingkat risiko gagal bayar yang sangat rendah dibandingkan dengan emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama. Risiko gagal bayar yang melekat hanya sedikit berbeda dari emiten atau obligasi dengan peringkat tertinggi di negara tersebut.
|Baca juga: Tower Bersama Akan Terbitkan Obligasi Rp1,51 Triliun untuk Refinancing
Fitch memperkirakan TBI akan menjaga EBITDA net leverage di sekitar 4,9x selama 2023-2025 (9M23: 4,8x), di bawah batasan 5,3x, level di mana kami akan mengambil tindakan pemeringkatan negatif. Manajemen menyatakan bahwa mereka berkomitmen kepada peringkat investment-grade dan akan menjaga net debt/EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan di bawah 5,0x, yang sesuai dengan EBITDA net leverage 5,1x-5,2x berdasarkan definisi Fitch.
”Kami melihat sewa menara yang tidak diperpanjang akan lebih stabil di bawah 700 mulai dari tahun 2024, karena kami berpandangan bahwa pembongkaran situs yang berulang dari PT Indosat Tbk (BBB-/AA+(idn)/Stabil) telah selesai di akhir tahun 2023.”
Fitch memperkirakan bagian sewa yang akan jatuh tempo dari keseluruhan sewa dalam tiga tahun ke depan juga akan menurun, yang akan berkontribusi pada lebih rendahnya sewa menara yang tidak diperpanjang. Kami memperkirakan sewa menara yang tidak diperpanjang pada tahun 2023 di sekitar 1.850 (9M23: 1.572), lebih tinggi secara signifikan dari 320-750 sewa yang tidak diperpanjang per tahun pada 2019-2022.
“Base case kami tidak memperhitungkan akibat dari kemungkinan akuisisi PT Smartfren Telecom oleh perusahaan telekomunikasi lain. Namun, kami melihat hal ini akan memiliki efek yang kecil pada TBI daripada merger Indosat-Hutch.”
Fitch memperkirakan pendapatan akan tetap stabil di tahun 2023 dan meningkat dengan mid-single digits di tahun 2024, didukung oleh pertumbuhan sewa bersih dan ekspansi bisnis fiber. Margin EBITDA mungkin menurun secara bertahap ke 85% karena meningkatnya bagian pendapatan dari bisnis fiber, yang memiliki margin yang lebih rendah dari bisnis menara.
“Kami memperkirakan TBI menambah angka sewa secara bersih sebesar 850 di tahun 2023 (9M23: 688) dan sekitar 2.000 per tahun di tahun 2024-2025. Pertumbuhan pendapatan di tahun 2023 terhambat oleh angka sewa yang tidak diperpanjang yang lebih tinggi dan harga sewa yang diatur ulang ke harga rupiah dari dolar AS pada kontrak Indosat sebanyak 2.500 di 2H22.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News