Media Asuransi, GLOBAL – Harga minyak naik tipis sekitar satu persen pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Penguatan terjadi karena penarikan penyimpanan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih besar dari perkiraan, penurunan produksi minyak mentah AS, stimulus ekonomi Tiongkok, ketegangan geopolitik, dan melemahnya dolar AS.
Mengutip The Business Times, Kamis, 25 Januari 2024, minyak mentah berjangka Brent naik 49 sen AS atau 0,6 persen menjadi US$80,04 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir 72 sen AS atau 1,0 persen menjadi US$75,09.
Bank sentral Tiongkok akan memotong jumlah uang tunai yang harus disimpan bank sebagai cadangan mulai 5 Februari, sebuah langkah yang diperkirakan menopang pemulihan ekonomi yang rapuh.
|Baca: POJK 23/2023 Terbit, Pefindo: Perkuat Kapasitas Perusahaan Menyerap Risiko!
Sedangkan stok minyak mentah AS anjlok 9,2 juta barel pekan lalu, menurut Badan Informasi Energi (EIA), lebih dari empat kali lipat perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan 2,2 juta barel.
“Ini adalah laporan cuaca. Tidak ada yang mengemudi (minggu lalu). Salah satu penyebab terbesarnya adalah produksi dalam negeri turun, dan produksi Bakken terpukul,” kata Direktur Energi Berjangka Mizuho Bob Yawger.
Produksi minyak mentah AS turun dari rekor tertingginya yaitu 13,3 juta barel per hari (bpd) pada dua minggu lalu ke level terendah dalam lima bulan sebesar 12,3 barel per hari pada minggu lalu setelah sumur minyak membeku selama pembekuan di Arktik.
Para pejabat di Dakota Utara mengatakan diperlukan waktu satu bulan agar produksi minyak di negara bagian tersebut, yang meliputi ladang serpih Bakken dan merupakan negara bagian penghasil minyak terbesar ketiga, bisa pulih setelah cuaca ekstrem pekan lalu memangkas produksi hingga lebih dari setengahnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News