Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Kamis atau di awal Februari terlihat parkir di area negatif. Para investor harus tetap berhati-hati dan waspada saat berinvestasi di pasar modal mengingat indeks acuan saham Indonesia masih rawan bergerak melemah.
IHSG Kamis, 1 Februari 2024, perdagangan sore berakhir tertekan ke posisi 7.201, turun 6,24 poin atau 0,09 persen ketimbang pembukaan pagi tadi di 7.207. Level tertinggi di 7.248 dan terendah di 7.191. Volume perdagangan hari ini tercatat 19,06 miliar lembar saham senilai Rp10,80 triliun. Sebanyak 219 saham menguat, 297 saham melemah, dan 246 saham stagnan.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) pada penutupan perdagangan Kamis terlihat menguat ketimbang pembukaan pagi tadi di Rp15.788 per US$. Diharapkan sejumlah katalis positif bisa terus berdatangan untuk memperkuat gerak mata uang Garuda.
|Baca: Menkeu: 2024 Jadi Tahun Penting untuk Keberlanjutan Pemulihan Ekonomi
Mengutip Bloomberg, Kamis, 1 Februari 2024, nilai tukar rupiah pada perdagangan sore merekah ke level Rp15.764 per US$, menguat 18 poin atau setara 0,11 persen dengan year to date return 2,37 persen. Hari ini nilai tukar rupiah berada di Rp15.757 hingga Rp15.801 per US$. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di Rp15.671 per US$.
Wall Street melemah
Di sisi lain, bursa saham Wall Street melemah pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Pelemahan terjadi setelah Federal Reserve mengisyaratkan bahwa diperlukan lebih banyak waktu untuk memangkas suku bunga sehingga mengecewakan investor yang mengharapkan perubahan kebijakan yang cepat.
Indeks-indeks utama mengakhiri dengan penurunan signifikan, dengan S&P 500 turun 1,6 persen menjadi 4.845,65. Dow Jones Industrial Average turun 0,8 persen menjadi 38.150,30. Sedangkan Indeks Komposit Nasdaq yang kaya akan teknologi anjlok 2,2 persen menjadi 15.164,01.
Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral AS tidak mungkin menurunkan suku bunga pada Maret. Dia menunjuk pada kemajuan dalam upaya menurunkan inflasi ke target dua persen, dan mengatakan diperlukan lebih banyak perbaikan.
“Kami yakin bahwa suku bunga kebijakan kami kemungkinan akan mencapai puncaknya dalam siklus pengetatan ini,” kata Powell kepada wartawan pada konferensi pers setelah keputusan suku bunga.
Sedangkan dolar AS menguat pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB), menuju kenaikan bulanan terbesar sejak September. Sementara itu, yen menghadapi penurunan bulanan tertajam dalam hampir satu tahun.
Indeks dolar AS telah menguat 2,1 persen terhadap sejumlah mata uang utama bulan ini karena pasar menurunkan ekspektasi terhadap kecepatan dan skala penurunan suku bunga AS. Kondisi itu mengingat data ekonomi yang kuat dan kehati-hatian dari para gubernur bank sentral.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News