1
1

Asia Insurance Review Adakan Asia Bancassurance Summit ke-23 di Jakarta

Ketua Umum APARI yang juga President Director PT Mitra Harmoni Insurance Broker Bambang Soeseno (ki-ka), menjadi moderator sekaligus pembicara pada acara Asia Bancassurance Summit ke 23, yang berlangsung di Hotel Mulia Jakarta, Selasa dan Rabu 30 dan 31 Januari 2024, bersama dengan Presiden Direktur Tugu insurance, Tatang Nurhidayat dan Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Iwan Pasila. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Asia Bancassurance Summit ke-23 diselenggarakan oleh Asia Insurance Review, setelah beberapa tahun absen karena Pandemi Covid-19. Indonesia menjadi negara pertama yang dipilih untuk mengadakan kegiatan ini setelah absen karena pandemi tersebut.

Seminar yang diikuti sebanyak 90 orang dari beberapa negara di Asia, seperti dari Malaysia, Philiphina, Kamboja, dan negara-negara Asia lainnya, menghadirkan puluhan pembicara dari berbagai negara dan pimpinan perusahaan asuransi baik dari dalam dan luar negeri. Tema yang diangkat adalah 3.0, karena bancassurance sekarang coba untuk dibangkitkan lagi beriringan dengan digitalisasi.

Acara rutin tahunan ini diadakan untuk meng-update perkembangan terakhir di berbagai sektor sesuai dengan topiknya. Untuk tahun ini yang menjadi bahasan utama adalah bancassurance. Perwakilan semua negara yang hadir pada acara ini meng-update perkembangan bancassurance terkini di masing-masing  negara, khususnya di era digital.

 

Iwan Pasila dalam sambutannya mengatakan bahwa industri bancassurance di Indonesia juga menghadapi rendahnya penetrasi karena rendahnya tingkat melek huruf dan daya beli konsumen. “Ada juga persepsi negatif terhadap industri asuransi, dan tidak cukupnya upaya para pemain untuk memperdalam penetrasi,” katanya.

 

Meenurut Iwan Pasila, bancassurance memiliki potensi besar untuk meningkatkan literasi nasabah, karena sebagian besar sudah menyadari perlunya perlindungan finansial. Dia juga menyampaikan bahwa jika kita melakukannya dengan benar, ada peluang besar untuk meningkatkan penetrasi dan juga meningkatkan inklusi sehingga lebih banyak masyarakat Indonesia yang dapat terlindungi dan perekonomian mendapat manfaat.

 

”Meningkatkan penetrasi dengan teknologi penetrasi juga dapat ditingkatkan dengan alat digital seperti AI untuk mengembangkan dan memasarkan produk dengan lebih akurat, dibandingkan dengan lembaga tradisional dan penasihat keuangan,” ungkapnya.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Nilai Tukar Petani (NTP) Naik, Daya Beli Petani di Perdesaan Meningkat
Next Post Premi Asuransi Jiwa Jepang Meroket hingga November 2023

Member Login

or