Untuk mendukung kemajuan industri asuransi nasional, PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re, meluncurkan unit penelitian dan pelatihan, yakni Indonesia Re Institute. Bertepatan dengan peluncurannya, Indonesia Re Institute Strategic Forum mengadakan seminar sehari bertajuk ‘Cyber Risk In Industrial Revolution 4.0’ di Jakarta, 3 Oktober 2019. Dalam seminar ini hadir pembicara dari Ernest & Young, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero), dan Oracle Indonesia.
Direktur Utama Indonesia Re Frans Sahusilawane dalam sambutannya mengatakan bahwa Indonesia Re Institute nantinya akan menjadi sebuah ‘mata air’ knowledge baru yang akan mengalirkan ke Indonesia Re. “Kita tunggu inovasi–inovasi baru dari Indonesia Re Institute,” ujarnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan, Kementerian BUMN Gatot Trihargo menjelaskan bahwa hadirnya Indonesia Re Institute akan memperkuat kapabilitas para pelaku asuransi dalam negeri. “Indonesia Re Institute diharapkan dapat memperkuat peran pelaku asuransi dalam negeri sehingga kita semua dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Direktur Pengembangan, Manajemen Risiko & Kepatuhan Indonesia Re Putri Eka Sukmawati Sjarief mengatakan bahwa kehadiran Indonesia Re Institute selaras dengan misi perseroan, yakni untuk Meningkatkan pengetahuan dan kapabilitas inovasi industri asuransi dan reasuransi nasional. “Karena adanya kepentingan bersama untuk memperbarui dan meningkatkan standar praktik asuransi, tata kelola risiko perasuransian, serta menjajaki peluang untuk mengembangkan produk asuransi dalam rangka memenuhi kebutuhan seluruh pemangku kepentingan dalam industri perasuransian,” kata Eka.
Sebagai perusahaan yang ditunjuk pemerintah menjadi Perusahaan Reasuransi Nasional (PRN), Indonesia Re menjadi garda terdepan dalam membangun industri asuransi dan reasuransi yang sehat dan terus bertumbuh. Eka menambahkan bahwa seiring hadirnya Indonesia Re Institute ini, pihaknya bersama pihak industri dapat menghasilkan wawasan ilmiah tentang suatu risiko asuransi secara komprehensif, untuk membantu ceding company dan tertanggung agar dapat lebih memahami risiko tersebut dan mengelolanya dengan lebih baik. “Bersama industri, kami ingin mendorong dan mempertahankan standar tinggi dalam praktik asuransi,” tambah wanita yang juga menjadi Executive Director Indonesia Re Insitute.
Sementara itu, Head of Indonesia Re Institute Amos Napitupulu menambahkan, pihaknya berencana untuk menggelar penelitian lintas direktorium di internal Indonesia Re dalam rangka menciptakan terobosan dan inovasi baru dalam tata kelola organisasi, bisnis, manajemen risiko, dan human capital. “Sementara itu dalam jangka panjang, kami berkomitmen untuk menjadi mitra terpercaya pemerintah dan menjadi rujukan industri dalam pengembangan industri perasuransian dan tata kelola risiko,” tukasnya. Wiek
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News