1
1

20 Reasuransi Global Catat Rekor Kerugian Akibat Bencana Alam

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – S&P Global mencatat bahwa reasuransi global kembali mencatat rekor kerugian akibat bencana alam tahun lalu, dengan estimasi kerugian yang diasuransikan sebesar US$125 miliar, jauh di atas ekspektasi rata-rata jangka panjang untuk industri asuransi. Akibatnya, ekspektasi anggaran bencana alam terlampaui untuk satu tahun lagi untuk 20 perusahaan reasuransi global teratas.

Dalam laporan S&P Global dijelaskan, bahwa selera risiko bencana yang terus bervariasi, dengan lebih dari separuh dari 20 perusahaan reasuransi global terkemuka mempertahankan atau mengurangi eksposur bencana alam mereka selama renewal Januari 2023, meskipun dalam hal ini terdapat peningkatan syarat dan ketentuan harga dan peningkatan permintaan.

Dilansir dari laman Reinsurance News, laporan S&P mencatat bahwa reasuransi global kembali mencatat rekor kerugian akibat bencana alam tahun lalu, dengan estimasi kerugian yang diasuransikan sebesar US$125 miliar, jauh di atas ekspektasi rata-rata jangka panjang untuk industri asuransi.

|Baca juga: 20 Besar Reasuransi Global Dapat Atasi Kerugian yang Belum Direalisasikan

“Akibatnya, ekspektasi anggaran bencana alam terlampaui untuk satu tahun lagi untuk 20 perusahaan reasuransi global teratas,” jelas S&P Global.

Namun, terlepas dari meningkatnya biaya bencana alam dan perbedaan strategi yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir, S&P menyarankan bahwa tahun 2023 dan 2024 dapat menjadi titik balik untuk peningkatan pendapatan yang terlihat di industri ini.

S&P menambahkan, bahwa lebih banyak perusahaan reasuransi mungkin bertujuan untuk meningkatkan eksposur bencana mereka karena harga terus membaik dan permintaan tetap kuat. Namun, banyak perusahaan reasuransi memasuki tahun 2023 dengan sikap hati-hati terhadap risiko bencana properti.

Analis kredit S&P Global Ratings, Charles-Marie Delpuech, mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan 20 reasuradur global teratas akan menggunakan lebih banyak modal untuk risiko bencana pada tahun 2023 dan 2024. “Karena berlanjutnya permintaan yang kuat dari para tertanggung, sementara biaya retrosesi yang lebih tinggi dapat membuat para reasuradur untuk menyerahkan lebih sedikit risiko mereka,” katanya.

Sementara itu, marjin underwriting yang membaik dan hasil investasi yang meningkat, ditambah dengan kapitalisasi yang masih kuat, memberikan penyangga lebih lanjut terhadap guncangan yang luar biasa, menurut AM Best.

Delpeuch menambahkan bahwa untuk tahun 2023, pihaknya memperkirakan bisnis bencana properti akan memberikan kontribusi sekitar 2,5 poin persentase terhadap laba atas ekuitas untuk 20 perusahaan reasuransi global teratas jika kerugian tetap berada dalam anggaran tahunan. “Dalam pandangan kami, hal ini akan diterjemahkan ke dalam kerugian bencana alam yang diasuransikan tahunan sekitar US$85 miliar untuk seluruh industri asuransi,” pungkasnya.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Vietnam Resmi Bergabung dalam Kerja Sama Konektivitas Sistem Pembayaran ASEAN
Next Post Pendapatan Asuransi di UEA Sesuai IFRS 17, Naik 15 Persen

Member Login

or