Media Asuransi, JAKARTA – Eksistensi Good Corporate Governance (GCG) dan manajemen risiko dinilai mampu memperkuat fungsi pengawasan dan memonitoring internal perusahaan khususnya asuransi. Hal itu biasanya dilakukan oleh unit manajemen risiko, internal audit, dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, dan komite pemantau risiko.
|Baca: Harga Beras di Agen Mulai Turun
Ketua Dewan Pengurus AAMAI Robby Loho mengatakan aspek pengawasan dan perlindungan yang konkret dalam industri asuransi sangat diperlukan, bukan hanya dalam aspek keuangan saja tetapi juga dalam bidang teknik asuransi.
“Aspek teknis di sini meliputi bidang underwriting, reinsurance, klaim, serta hal-hal teknis lainnya,” ujar Robby, dalam webinar Best Practice Audit, Selasa, 4 Juni 2024.
Robby mengklaim pernah mencatat adanya fraud di bidang teknik operasional asuransi, di mana tercatat 250 jenis cara melakukan fraud di bidang teknik asuransi yang terbilang cukup sulit dibuktikan.
Tidak mudah
Hal tersebut tentunya cukup berisiko, ujar Robby, lantaran untuk membedah 250 jenis cara fraud tersebut tentunya tidak mudah. Tim audit cukup sulit untuk menemukan data tersembunyi khususnya dari perusahaan, regulator dan instansi terkait.
“Karena suatu pelanggaran atau penyimpangan baru boleh disebut fraud apabila sudah ada keputusan pengadilan dan yang menambah sulit adalah data fraud itu adalah data tersembunyi atau hidden data yang tidak bisa kita dapatkan dari perusahaan, regulator, maupun asosiasi karena menyangkut nama, instansi, ataupun suatu perusahaan,” jelas Robby.
Mengutip dari SE-OJK Nomor 46 Tahun 2017, fraud adalah tindakan yang disengaja untuk mengambil harta benda atau uang milik pihak lain dengan menggunakan muslihat, deception, atau cara lain yang tidak pantas.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
