Media Asuransi, JAKARTA – Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) meluncurkan Asuransi Berbasis Indeks Kelembaban Tanah untuk tanaman kakao pertama di dunia. Peluncuran dilakukan dalam acara Rapat Umum Anggota Cocoa Sustainability Partnership (CSP) yang diselenggarakan secara virtual pada Kamis, 16 Desember 2021.
Peresmian peluncuran Asuransi Berbasis Indeks Kelembaban Tanah untuk tanaman kakao ini dilakukan oleh Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo, bersama Ketua Dewan Penasehat CSP, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdalifah Machmud, dan Kepala Eksekutif Pengawas IKNB Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Riswinandi.
Hadir dalam acara ini Ketua AAUI Hastanto SM Widodo, perwakilan dari Kementeri Luar Negeri Republik Indonesia, Febrian A Ruddyard, Duta Besar LBBP/Wakil tetap RI untuk PBB, WTO, Organisasi Internasional dan Badan-badan dalam Lingkungan PBB di Jenewa, Konfederasi Swiss, dan Chief Business Development Asia IFC, Eric Siew.
|Baca juga: AAUI Selenggarakan Seminar Internasional tentang Bencana Alam
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa pemerintah memberikan perhatian serius untuk memajukan dan mendukung keberhasilan petani coklat yang sudah menjadi Andalan produk ekspor Indonesia. Menurut dia, rekomendasi dari Rapat Umum CSP ini mengenai penentuan daerah utama, permasalahan yang dihadapi, permasalahan dalam penyediaan dana dan perlindungan asuransi akan menjadi acuan program utama Kementrian pertanian di tahun 2022.
Asuransi Tanaman Berbasis Index yang mamanfaatkan data remote-sensing satelit Copernicus untuk kelembaban tanah pada kedalaman 60 cm ini, merupakan hasil kolaborasi Global antara IFC yang memiliki pengalaman pengembangan produk jagung dan kapas di Afrika, MARS sebagai sebagai konsumer komoditas coklat dan inti dari petani plasma coklat, PT Reasuransi Maipark Indonesia sebagai penyandang dana untuk pengembangan bisnis reasuransinya, dan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) sebagai technology provider sekaligus koordinator dan pengembangan lini produk untuk industri asuransi umum.
Dalam keterangan yang diterima Media Asuransi, Kamis, 16 Desember 2021, disebutkan bahwa sebagai produk asuransi yang sarat dengan penggunaan tehnologi tinggi, AAUI telah membangun dan menyediakan platform ekosistem digital yang sarat dengan automasi untuk memastikan biaya administrasi yang rendah dan premi yang terjangkau.
Dengan memanfaatkan automasi pengambilan data satelit kelembaban tanah harian untuk seluruh lokasi di Indonesia, Adaptasi teknologi smart contract dari blockchain dengan kunci enkripsi kontrak yang mumpuni, seluruh proses administrasi dan pengelolaan dari kontrak asuransi yang ada dapat dijalankan secara otomatis oleh mesin.
Sejak pendaftaran kontrak asuransi berbasis index kedalam platform ekosistem digital Contract Custodian AAUI (http://soilmoisture.aaui-services.id:8080/contractCustodian), seluruh proses pembentukan/monitoring contractual-subIndex untuk setiap polis akan dilakukan secara otomatis oleh sistem, seluruh proses valuasi pemenuhan kontrak index juga akan dilakukan secara otomatis sesuai dengan valuation rule yang disertakan dalam kontrak yang bersangkutan.
|Baca juga: AAUI Luncurkan Program Respectable Corporate Citizenship
Platform digital ini juga memberikan fitur notifikasi secara otomatis kepada para pihak yang terikat kontrak akan terjadinya penuhan kondisi kontrak saat valuasi, sehingga proses pembayaran klaim dapat dilakukan secara otomatis tanpa diperlukan pelaporan klaim seperti pada asuransi biasa.
Sejalan dengan Research Grant yang telah dikeluarkan oleh AAUI, ke depan diharapkan akan banyak komoditas lainnya yang segera juga dapat dilindungi segera setelah hasil penelitian komoditas tersebut telah selesai. Komoditas lain yang dapat segera diaplikasikan termasuk, namun tidak terbatas kepada bawang merah, kelapa sawit, tembakau, cengkeh, vanili, minyak nilan, dan dapat pula digunakan untuk pertambangan batubara dan fero nikel.
AAUI sedang mengembangkan pemanfaatan data remote sensing lainnya, meliputi:
1. Data temperatur air laut untuk komoditas terkait seperti budidaya mutiara, rumput laut dan asuransi terumbu karang.
2. Data ketinggian permukaan air laut/sungai untuk perlindungan kegagalan kapal masuk ke kolam pelabuhan dan perlindungan faktor muatan tidak optimal karena kekurangan ketinggian air.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News