Media Asuransi, JAKARTA – Pengamat Asuransi Irvan Rahardjo menilai produk asuransi gempa bumi di Indonesia memiliki banyak manfaat bagi pemerintah, industri asuransi, maupun masyarakat. Artinya hal ini menjadi penting untuk didorong segera penerapan asuransi gempa bumi secara lebih luas di Tanah Air.
Mengutip data Bank Dunia, Irvan menegaskan, Indonesia berada di peringkat ke-12 dari 35 negara di dunia dengan risiko tinggi terhadap korban jiwa dan kerugian ekonomi akibat berbagai jenis bencana alam.
|Baca juga: OJK Perketat Pengawasan Pasar Modal, Fokus Berantas Saham Gorengan!
|Baca juga: Investor Pasar Modal Nyaris Tembus 19 Juta, Generasi Muda Mendominasi!
“Hampir seluruh wilayah di Indonesia terpapar risiko atas lebih dari 10 jenis bencana alam, yakni gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, letusan gunung api, kebakaran, cuaca ekstrem, gelombang ekstrim, kekeringan, dan likuifaksi,” ungkap Irvan, kepada Media Asuransi, dikutip Senin, 20 Oktober 2025.
Irvan mengingatkan posisi geografi Indonesia yang berada di kawasan Ring of Fire karena letaknya di antara dua benua yang dikelilingi oleh gunung berapi. Oleh karena itu, literasi dan edukasi masyarakat serta pemerintah di bidang kebencanaan menjadi tantangan utama yang harus segera diatasi.
“Tantangannya meningkatkan literasi dan edukasi masyarakat dan pemerintah di bidang kebencanaan, serta mewujudkan asuransi wajib terhadap risiko bencana seperti gempa bumi dan tanah longsor,” ujarnya.
|Baca juga: Paper Siap Bantu Pelaku Usaha Beradaptasi Hadapi Perubahan untuk Pacu Bisnis
|Baca juga: Bank Mandiri (BMRI) Dorong Pertumbuhan Ekonomi Produktif Lewat Livin’ Fest 2025
Namun di balik tantangan tersebut, Irvan melihat peluang besar, terutama melalui skema kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta atau dikenal dengan konsep Public Private Partnership (PPP).
“Penerapan PPP, manfaatnya bagi industri asuransi meningkatkan inklusi asuransi yang masih rendah, bagi pemerintah mengurangi beban fiskal menghadapi bencana yang kerap terjadi, dan bagi masyarakat mengurangi beban finansial menghadapi bencana,” tutup Irvan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News