Media Asuransi, GLOBAL – Adopsi kecerdasan buatan (AI) di industri asuransi kini meluas di luar proses underwriting dan profiling risiko. Hal ini tetap dinilai, meskipun 45,8 persen responden masih menganggap underwriting dan profiling risiko sebagai area yang paling terdampak positif oleh AI.
Melansir Insurance Asia, Selasa, 29 Juli 2025, menurut survey GlobalData yang dilakukan melalui platform Verdict Media di kuartal III/2025, angka ini turun 9,6 poin persentase dibandingkan dengan kuartal III/2023. Penurunan ini menunjukan bagian lain dari rantai nilai asuransi justru mulai mendapatkan momentum.
|Baca juga: BFI Finance (BFIN) Cetak Pertumbuhan Piutang 14,2% hingga Semester I/2025
|Baca juga: Kebutuhan Masih Rumah Tinggi, Begini Siasat Bank Mega Syariah Dorong Pembiayaan KPR
Selain itu, pengelolaan klaim yang disebutkan oleh 20,3 persen responden atau turun sedikit sebesar 1,4 poin persentase. Sementara layanan pelanggan mengalami peningkatan signifikan, atau naik 6,2 poin persentase menjadi 17,6 persen. Lainnya pengembangan produk lebih dari tiga kali lipat, meningkat dari 1,9 persen menjadi 7,2 persen dalam periode yang sama.
Analis Asuransi Asisten GlobalData Charlie Hutcherson mengatakan pergeseran ini mencerminkan strategi AI yang lebih beragam. Menurutnya perusahaan asuransi sedang memperluas penerapan kecerdasan buatan di seluruh rantai nilai.
“Meskipun inovasi dalam underwriting melambat akibat tantangan terkait regulasi, namun kualitas data, keadilan dalam model risiko, dan bidang lain terutama layanan pelanggan telah mendapatkan momentum,” katanya.
Charlie mencatat perusahaan asuransi yang ingin tetap kompetitif harus mengadopsi pendekatan komprehensif dalam implementasi AI. Upaya ini dilakukan agar tetap unggul. Ia mengatakan perusahaan asuransi harus memiliki pandangan holistik terhadap penerapan AI di seluruh rantai nilai.
|Baca juga: Bukan Cuma Urus Untung, Ini Rahasia Balanced Scorecard Biar Bisnis Makin Ngebut!
|Baca juga: Jangan Cuma Fokus Cuan! Perusahaan Hebat Pasti Terapkan Prinsip HAM Ini
“Artinya, tidak hanya fokus pada efisiensi, tetapi juga memastikan keadilan, transparansi, dan kepatuhan, terutama seiring ketatnya regulasi. Mereka yang dapat menyeimbangkan hal ini akan berada dalam posisi terbaik untuk membangun kepercayaan dan nilai jangka panjang,” pungkas Charlie.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News