Media Asuransi, GLOBAL – Industri asuransi mulai meninggalkan metode tradisional dan beralih ke analisis risiko secara real-time berkat adopsi kecerdasan buatan (AI). Namun, peningkatan AI juga membawa ancaman baru, dengan serangan phishing melonjak 135 persen hanya dalam dua bulan terakhir.
Dilansir dari Insurance Asia, Selasa, 4 Maret 2025, laporan terbaru Allianz Commercial bertajuk ‘Gen AI and Evolving Threats – Reshaping the Insurance Landscape‘ mengungkapkan, integrasi AI dalam keamanan siber menciptakan tantangan sekaligus peluang bagi sektor asuransi.
|Baca juga: Tingkatkan Pelindungan Data Nasabah, Prudential Indonesia Perkuat Transformasi Digital
|Baca juga: BNI (BBNI) Cetak Laba Rp1,63 Triliun di Januari 2025, Kredit Melonjak 10,3%!
Menurut laporan tersebut, perusahaan asuransi yang cepat beradaptasi dengan ancaman siber berbasis AI serta mengembangkan model bisnis dan kemitraan strategis akan lebih siap menghadapi persaingan.
AI diprediksi berdampak pada enam aspek utama industri asuransi, yakni penilaian risiko dan underwriting, cakupan polis, pemrosesan klaim, deteksi penipuan, etika, serta kepatuhan regulasi dan tata kelola.
Penggunaan AI dalam keamanan siber meningkat dari 49 persen menjadi 69 persen secara tahunan, dengan proyeksi belanja AI untuk keamanan siber mencapai US$46,3 miliar pada 2027 dan berpotensi lebih dari tiga kali lipat dalam beberapa tahun ke depan.
Namun, lonjakan pemanfaatan AI juga meningkatkan ancaman siber, termasuk serangan phishing yang naik 135 persen, insiden deepfake melonjak 2.000 persen, serta ransomware berbasis AI yang mencapai tingkat keberhasilan 67 persen lebih tinggi dalam pencurian data.
|Baca juga: Kasus Asuransi Jiwasraya Makin Panas, Kejagung Periksa 4 Saksi Kunci!
|Baca juga: BTN (BBTN) dan Mapclub Teken Kerja Sama Transaksional Demi Penuhi Kebutuhan Gaya Hidup Nasabah
Seiring dengan itu, pasar asuransi siber diprediksi tumbuh dari US$14 miliar pada 2023 menjadi US$29 miliar pada 2027. McKinsey memperkirakan AI dapat menciptakan nilai tahunan hingga US$1,1 triliun bagi sektor asuransi pada 2030.
Saat ini, lebih dari 70 persen perusahaan asuransi telah mengadopsi AI dalam penilaian risiko, beralih dari metode konvensional ke analisis berbasis data real-time dari perangkat IoT, media sosial, dan sumber lainnya. Pendekatan ini meningkatkan efisiensi operasional dan manajemen risiko, dengan studi menunjukkan peningkatan 43 persen dalam deteksi dini klaim penipuan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News