Media Asuransi, JAKARTA – Allianz Indonesia mengajak masyarakat untuk mulai memerhatikan perkembangan karakter anak agar pola asuh dapat diterapkan dengan tepat lewat tulisan tangan anak. Ajakan ini disampaikan dalam peringatan Hari Anak Nasional pada tanggal 23 Juli 2025.
Untuk mulai menentukan pola asuh yang tepat, orang tua perlu memperhatikan perkembangan karakter anak secara bertahap dan dinamis agar pola asuh yang diterapkan juga sesuai dan dapat mendukung tumbuh kembang anak dengan maksimal. Ada berbagai metode yang bisa dilakukan dalam mengenali karakter anak, salah satunya dengan memahami tulisan tangan (graphology).
“Dalam rangka momentum Hari Anak Nasional ini, Allianz Indonesia menunjukkan komitmen yang kuat dalam melindungi setiap orang lewat beragam cara dan bentuk apapun. Melalui edukasi ini, kami tidak hanya mengajak karyawan namun juga seluruh orang tua di Indonesia untuk meningkatkan perhatian yang lebih pada tumbuh kembang anak serta terus termotivasi dalam mempelajari dan memberikan pola asuh yang tepat sesuai dengan pertumbuhan anak,” kata Head of Corporate Communications Allianz Indonesia, Wahyuni Murtiani, dalam keterangannya, Kamis, 24 Juli 2025.
|Baca juga: Allianz Indonesia Bayarkan Klaim Asuransi Jiwa dan Kesehatan Rp5 Triliun di 2024
Allianz pada sesi Ngobrol Bareng Allianz Citizens (NgobrAZ) yang dihadiri para karyawan Allianz mengundang Sapta Dwikardana, penulis buku “Practical Handbook of Graphology”, membahas cara membaca suasana hati, konsistensi emosi, dan perkembangan karakter anak dari waktu ke waktu dengan mengenali tulisan tangan.
“Tulisan tangan menggambarkan karakter secara jujur berdasarkan ekspresi bawah sadar seseorang. Segala bentuk emosi dapat dipantau lewat perubahan tulisan, bahkan saat anak sedang mengalami stres atau merasa berada di bawah tekanan. Lebih dari itu, tulisan tangan dapat membaca cara berpikir, minat, ketakutan, konsep diri, pola hubungan, hingga produktivitas,” kata Sapta.
|Baca juga: Langkah Allianz Indonesia Dukung Kepemimpinan Perempuan secara Berkelanjutan
Dia menjelaskan cara membaca karakteristik lewat graphology dapat bermacam-macam, misalnya:
– Membaca emosi dan perasaan lewat kemiringan, bentuk, dan tekanan huruf
– Melihat cara berpikir lewat bentuk huruf, koneksi, kecepatan tulisan, dan proporsi dan bentuk 3 zona
– Mengukur produktivitas lewat margin, garis dasar, dan proporsi dan bentuk 3 zona
– Mengenal konsep diri lewat margin, ukuran huruf, dan kapital
– Memahami cara interaksi sosial lewat margin, ukuran huruf, bentuk huruf, dan proporsi dan bentuk 3 zona, dan spasi
Di samping itu, Sapta juga menjelaskan bahwa di balik lekukan garis hingga tekanan pulpen dapat menentukan jejak emosi, kondisi mental dan psikologis, bahkan cara belajar anak. Mendalami hal ini, dia membagikan beberapa tips menganalisis tulisan tangan sang anak untuk menentukan pola asuh yang tepat, yaitu:
- Mengawasi dan memantau emosi anak lewat perubahan tulisan
Ketika anak berada dalam tekanan emosional seperti stres atau kelelahan mental, perubahan tulisan tangan juga akan terlihat. Ciri-ciri yang dapat ditemukan, yaitu misalnya tulisan tangan yang terlihat lebih kecil dan rapat menandakan anak tidak percaya diri, tekanan pulpen yang terlihat kuat menggambarkan ketegangan/frustrasi, atau tulisan miring yang berlebihan dan mengindikasikan emosi atau keadaan mental sang anak sedang tidak stabil, sedih, atau merasa cemas.
Selain itu, garis dasar tulisan yang turun mengindikasikan rasa pesimis, tidak memiliki motivasi dan harapan dalam hidup, merasa gagal, atau memiliki masalah fisik/emosi.
|Baca juga: Allianz Indonesia Ingatkan Pentingnya Punya Pelindungan Asuransi Kendaraan
Apabila menemukan ciri-ciri tersebut, orang tua dapat secara sigap mengajak anak untuk berbicara dengan suasana santai dan melakukan kegiatan bersama tertentu seperti menggambar dan journaling bersama.
- Memahami pola tulisan untuk menentukan gaya belajar anak
Cara menulis anak dapat menggambarkan struktur pola pikir dan gaya belajar anak. Untuk itu, coba amati buku catatan sang anak secara berkala.
Bagi orang tua yang menemukan tulisang sang anak terlihat ekspresif dan bebas (gaya tulisan yang unit dan “nyeni”, tidak terlalu rapi, ukuran yang tidak konsisten, dan tidak peduli batas kertas), coba berikan gaya pembelajaran visual atau kinestetik dengan mengandalkan warna, gambar, atau eksperimen.
Apabila tulisan anak terlihat rapi dan ukuran huruf konsisten, maka sang anak lebih nyaman dengan gaya belajar dengan pendekatan logis atau verbal yang menyukai angka, logika, dan pola yang sistematik.
- Membangun komunikasi lewat tulisan
Dengan tulisan, orang tua bisa membangun komunikasi emosional untuk berinteraksi dengan anaknya. Cara ini juga bisa membantu orang tua untuk menggali keseharian dan kesukaannya terhadap hal-hal tertentu.
Orang tua yang ingin memulai komunikasi dengan cara ini dapat meminta mereka menulis tentang hari mereka dan memberikan respon dari tulisan mereka. Cara ini dapat membuka komunikasi dua arah dengan cara yang menarik dan dekat secara emosional.
- Mendeteksi gangguan perkembangan lewat tulisan anak
Beberapa gangguan perkembangan yang dapat terlihat lewat tulisan, misalnya ADHD, gangguan emosional ringan, hinga bahkan gangguan menulis (disgrafia). Untuk mengenali gangguan ini pada anak, orang tua dapat melihat beberapa tanda seperti bentuk tulisan yang tidak konsisten dan sulit dibaca.
Guna mengatasi gangguan ini, Anda dapat berkonsultasi dengan psikologi atau terapis agar dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News