1
1

Allianz Bagikan Tips Mengatasi Kasus Demam Berdarah Dengue

Seorang ibu sedang memeriksa kondisi keehatan anak. | Foto : Allianz Indonesia

Media Asuransi, JAKARTA – Saat ini, Indonesia tengah berada di musim pancaroba, yakni perubahan cuaca yang tidak menentu.  Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan lonjakan kasus yang tinggi, kerap memicu status Kejadian Luar Biasa (KLB) di berbagai daerah, menjadi sebuah ancaman kesehatan di Indonesia karena tingkat prevalensinya yang terbilang tinggi.

Allianz Life juga mencatat tingginya kasus DBD dari tahun ke tahun, bahkan pada 2024 tercatat kenaikan klaim pengobatan menjadi lebih dari sembilan ribu kasus atau meningkat 112 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Tingginya kasus DBD di Indonesia dari tahun ke tahun menjadi perhatian semua pihak. Sebagai perusahaan asuransi yang berkomitmen pada perlindungan kesehatan masyarakat, Allianz Life ingin membantu masyarakat dengan memberikan proteksi dan edukasi agar dapat ditangani secara tepat,” kata Head of Claim Supports and Data Analytics Allianz Life Indonesia, Tubagus Argie FS Sunartadirdja, dalam keterangan resmi yang dikutip, Minggu, 23 Maret 2025.

|Baca juga: Bio Farma dan Takeda Tandatangani Kemitraan Strategis untuk Lawan Demam Berdarah Dengue

Dia menyebutkan beberapa mitos terkait DBD yang sering beredar, misalnya:

  1. Gejala DBD selalu muncul secara bersamaan

Pemikiran ini dapat menghambat masyarakat untuk melakukan pengobatan yang tepat secara tanggap. Padahal, penanganan yang lambat dapat berdampak pada adanya komplikasi dan berakibat fatal.

Faktanya, gejala DBD dapat berkembang secara bertahap, sehingga pasien dengan gejala DBD harus sering dimonitor keadaannya. Beberapa gejala utama penyakit DBD yang biasanya muncul secara bertahap dimulai dari:

  • Demam mencapai suhu hingga 38,5 derajat celsius
  • Demam berlangsung terus-menerus selama 2×24 jam, kemudian turun dengan cepat
  • Nyeri kepala, otot dan tulang disertai lemas
  • Ruam kulit kemerahan/ bintik-bintik merah pada kulit (sudah memasuki fase kritis)
  • Kesulitan menelan makanan dan minuman
  • Mual dan atau disertai muntah

Sama dengan penyakit lainnya, gejala utama penyakit DBD adalah demam tinggi. Apabila seseorang sudah memiliki gejala demam tinggi selama 2×24 jam, segeralah konsultasi dengan dokter. Saat ini, konsultasi dengan dokter kian mudah dapat dari rumah, melalui pelayanan telekonsultasi Halodoc yang disediakan Allianz.

|Baca juga: Dirut BPJS Kesehatan Pastikan Penyakit DBD Dijamin Program JKN

  1. Gejala DBD tidak terhitung parah apabila tidak ada pendarahan

Tidak semua kasus DBD yang berat biasanya disertai dengan pendarahan (mimisan, gusi berdarah, atau lebam di kulit). Faktanya, fase kritis justru terjadi pada saat suhu tubuh menurun dan tubuh terasa dingin (penderita mungkin merasa seperti sudah sembuh) karena pada fase tersebut pembuluh darah mengalami kebocoran.

Kerusakan pada pembuluh darah akan membuat trombosit (keping darah) dalam aliran daran menurun, yang mengakibatkan perdarahan internal, kerusakan organ, sindrom syok dengue, yang dapat mengancam jiwa.

 

  1. DBD hanya bisa menyerang anak-anak dan tidak berisiko pada orang dewasa

Meski anak-anak lebih sering terinfeksi DBD, jangan abaikan gejala penyakit DBD yang dialami oleh orang dewasa. Faktanya, beberapa orang dewasa yang telah terinfeksi virus dengue dapat mengalami penyakit DBD dengan gejala yang lebih berat.

 

  1. Pengobatan DBD harus diobati dengan antibiotik

Faktanya, penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue, sehingga antibiotik pada dasarnya tidak efektif untuk mengobati penyakit ini. Untuk itu, pahami juga obat-obat apa saja yang dibutuhkan, karena konsumsi obat yang tidak sesuai dengan penyakit juga tidak baik bagi kondisi tubuh. Kunci penyembuhan dari penyakit DBD adalah melalui cairan (cairan oral maupun intravena jika dibutuhkan) dan obat yang dapat mengontrol demam seperti parasetamol.

|Baca juga: Allianz Peduli Ajak Generasi Muda Peduli Lingkungan

Dengan memperbanyak konsumsi air, cairan dapat mencegah dehidrasi dan menjaga keseimbangan tubuh, menjaga volume darah akibat kebocoran cairan dari pembuluh darah dan membantu menjaga sirkulasi darah yang optimal.

 

  1. Penyakit DBD hanya terjadi pada musim hujan

Faktanya, meski tingginya kasus DBD terjadi saat curah hujan tinggi, masyarakat juga harus tetap berwaspada di musim kemarau. Bahkan, Kementerian Kesehatan Indonesia sempat memberikan peringatan bagi masyarakat untuk waspada perkiraan peningkatan frekuensi gigitan nyamuk di musim kemarau. Hal ini karena nyamuk akan sering menggigit ketika suhu meningkat.

 

Untuk mewaspadai penyebaran kasus DBD, langkah terbaik dimulai dari pencegahan yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan strategi 3M Plus, yaitu:

  1. Menguras tempat penampungan air secara rutin untuk menghilangkan telur nyamuk.
  2. Menutup rapat tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
  3. Mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air dan menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
  4. Plus, tindakan tambahan seperti menanam tanaman pengusir nyamuk, memasang kelambu saat tidur, serta mengoleskan losion anti nyamuk.

Selain menjaga kebersihan lingkungan, melindungi diri sendiri juga merupakan langkah penting dalam mencegah DBD. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain: pertama, menggunakan pakaian tertutup terutama saat berada di luar rumah. Kedua, menggunakan obat nyamuk atau memasang kawat kasa di ventilasi rumah.

Ketiga, meningkatkan daya tahan tubuh dengan berolahraga, konsumsi makanan bergizi dan tidur yang cukup. Keempat, menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Kelima, vaksinasi dengue juga dapat dilakukan pada anak-anak berusia 9-16 tahun.

“Allianz Life Indonesia ingin mengajak semua orang untuk lebih proaktif dalam mencegah penyebaran DBD dan melakukan penanganan penyakit DBD agar tidak berdampak pada komplikasi yang fatal. Selain menjaga kebersihan lingkungan, memahami gejala dan tindakan medis yang tepat sangat penting agar kondisi tidak memburuk,” papar Argie.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Mengenal Hari Raya Nyepi: Tradisi Kesunyian dan Makna Spiritual bagi Umat Hindu
Next Post Bijak Kelola THR di Tengah Kondisi Ekonomi yang Tidak Menentu

Member Login

or