Media Asuransi, JAKARTA – PT Asuransi Allianz Life Indonesia (Allianz Life) di semester I/2024 mencatat bahwa kanker payudara sebagai kasus klaim kanker tertinggi, diikuti oleh kanker paru-paru, dan kanker usus besar sebagai dua kasus klaim kanker tertinggi selanjutnya.
Hingga Juni 2024, Allianz Life telah membayarkan santunan perlindungan penyakit kritis (rider unitlink) untuk lebih dari 700 kasus klaim dan membiayai pengobatan untuk lebih dari 7.000 kasus klaim kanker tersebut.
Berdasarkan catatan Global Burden of Cancer Study dari World Health Organization terakhir di tahun 2020, tiga kasus kanker tertinggi adalah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker paru-paru.
|Baca juga: Tips Hindari Obesitas untuk Cegah Penyakit Kritis Ala Allianz Indonesia
Gaya hidup tidak sehat, sudah pasti menimbulkan konsekuensi kesehatan yang penuh risiko di masa depan. Salah satu penyakit yang turut dipengaruhi oleh gaya hidup adalah kanker. Penyakit ini masih menjadi salah satu penyebab angka kematian tertinggi di seluruh dunia, bahkan International Agency for Research on Cancer (IARC) di 2024 telah memperkirakan kasus kanker akan meningkat dua kali lipat sampai 35 juta diagnosis dalam dua dekade yang akan datang. IARC juga menggambarkan kondisi ini sangat mungkin terjadi jika melihat perubahan lifestyle generasi saat ini dan juga kondisi lingkungan yang semakin tidak sehat.
Untuk itu, proteksi kesehatan perlu dimiliki sedini mungkin, bahkan pada saat kondisi masih prima. Saat ini, untuk memastikan keamanan keuangan ketika harus melakukan pengobatan, Allianz Life telah menghadirkan produk asuransi kesehatan murni terbaru, Allianz Flexi Medical dan AlliSya Flexi Medical.
“Manfaat ini dapat meringankan pengeluaran biaya termasuk dengan biaya perawatan untuk kemoterapi dan manfaat pemeriksaan remisi kanker maksimal 5 tahun sejak akhir perawatan aktif dan tes laboratorium. Selain itu, manfaat lainnya yang bisa didapatkan adalah termasuk manfaat rawat inap, perawatan ICU, dan tindakan bedah,” kata Head of Claim Support and Data Analytics Allianz Life Indonesia, Tubagus Argie Sunartadirdja (Argie), dalam keterangan resmi, Jumat, 23 Agustus 2024.
Selain mempersiapkan proteksi kesehatan sedini mungkin, hal yang paling harus dilakukan adalah deteksi dini. Pentingnya melakukan deteksi dini sangat dibutuhkan untuk menghindari semakin besarnya risiko penyakit dan kecilnya tingkat kesembuhan. Setiap penyakit kanker memiliki tanda-tanda yang khas.
|Baca juga: Penyakit Jantung Hantui Anak Muda, Berikut Tips Kesehatan dari Allianz!
Tips Mendeteksi Gejala Kanker
Melihat tingginya kasus klaim ketiga jenis penyakit kanker tersebut, Argie memberikan tips khusus untuk mendeteksi gejala kanker sejak dini, yakni:
- Kanker Payudara
Tanda yang paling jelas pada stadium awal adalah munculnya benjolan di payudara. Benjolan bisa keras atau lunak, tapi tidak menyakitkan. Lalu terjadi pembengkakan payudara baik sebagian atau keseluruhan. Pada stadium lanjut, kulit payudara berubah warna menjadi seperti warna kulit jeruk, keluar cairan bukan ASI dari puting yang berwarna kuning, cokelat, merah atau bening.
- Kanker Paru-paru
Penderita kanker paru-paru pada tahap awal biasanya mengalami batuk yang tidak bisa disembuhkan lebih dari empat minggu. Dahak berwarna karat atau merah karena ada darah, sesak nafas, dada terasa nyeri saat mengambil nafas dalam atau sewaktu batuk.
- Kanker Usus
Ciri-ciri serangan kanker usus adalah diare atau susah buang air besar (BAB) selama lebih dari empat minggu tidak sembuh-sembuh meski sudah diobati. Ketika BAB ada darah di tinja atau terjadi pendarahan yang keluar melalui anus. Bersamaan itu, berat badan berkurang terus menerus.
”Kanker merupakan penyakit sillent killer yang penyebarannya seringkali tidak dirasakan. Hal inilah yang sering tidak mendapat perhatian dari orang-orang untuk melakukan pengecekkan kesehatan khususnya untuk mendeteksi penyakit kanker sedari dini. Kenali tanda-tadanya sedari dini. Penyakit kanker yang terlambat dicek akan membawa risiko yang lebih besar dan semakin memperkecil persentase kesembuhannya,” ujarnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News