Media Asuransi, JAKARTA – Pada 2023 diawali sejumlah optimisme terhadap kondisi ekonomi. Mulai dari harapan pemulihan ekonomi Tiongkok dengan berakhirnya kebijakan zero-covid, meredanya tekanan geopolitik Rusia-Ukraina, hingga kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang tidak seagresif 2022 karena perjuangan AS melawan inflasi membuahkan hasil.
Namun seiring dengan berjalannya tahun 2023, berbagai tantangan muncul dalam pertumbuhan ekonomi global, seperti ketidakpastian atas meningkatnya suku bunga bank sentral AS setiap bulannya sejak Januari 2023 sebagai akibat dari inflasi AS yang belum sesuai target bank sentral, hingga masih ketatnya pasar tenaga kerja terutama di AS.
Begitu juga ekonomi Indonesia yang turut terdampak terhadap berbagai dinamika ketidakpastian global. Salah satunya adalah termoderasinya harga komoditas global yang berimbas kepada pendapatan negara Indonesia, meningkatnya imbal hasil obligasi US treasury, dan suku bunga AS yang mengakibatkan menguatnya indeks dolar.
Secara keseluruhan, di tahun 2023 ekonomi Indonesia masih cukup tangguh dan mencatatkan kinerja yang positif dengan pertumbuhan 5,04 persen year-on-year atau lebih tinggi daripada pertumbuhan kuartal III/2023 sebesar 4,94 persen YoY. Daya beli membaik pada beberapa kalangan masyarakat, dan kontribusi terbesar pertumbuhan tetap datang dari konsumsi masyarakat.
|Baca juga: Laba Bersih Peak Re Diramal Tembus Rekor Capai US$200 Juta di 2023
Meskipun berbagai dinamika global terjadi sepanjang 2023, namun pasar modal Indonesia masih mampu menutup tahun 2023 dengan kinerja yang positif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja sebesar 6,02 persen YoY di level 7.272,80.
“Allianz Indonesia mencatatkan total dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) sebesar Rp38,7 triliun termasuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Allianz, berdasarkan laporan keuangan 2023 (unaudited)” kata Chief Investment Officer Allianz Life Indonesia Ni Made Daryanti, dikutip dari keterangannya, Selasa, 2 April 2024.
Pada 2023, tambahnya, Allianz Indonesia mengelola aset di 49 jenis fund. Tiga fund berdasarkan dana kelolaan tertinggi sepanjang 2023 adalah Smartlink Equity Fund dengan dana kelolaan Rp8,3 triliun, Smartlink Fixed Income Fund dengan dana kelolaan Rp1,8 triliun, dan Smartlink Balanced Fund dengan dana kelolaan sebesar Rp1,6 triliun.
Lebih lanjut, dengan perekonomian Indonesia yang dinilai tetap solid, inflasi konsisten berada di kisaran target BI, serta likuiditas perbankan yang cukup tinggi membuat dukungan dari bank dalam negeri terhadap pasar obligasi terjaga.
Sehingga, pasar obligasi cenderung lebih diminati dibandingkan dengan aset yang lebih berisiko seperti saham dan mampu mendorong kinerja pasar obligasi mengungguli kinerja pasar saham dengan kinerja Indeks IBPA Indonesia Government Bond Total Return yang tumbuh positif 8,73 persen secara tahunan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News