1
1

ARSSI: Alur Kesehatan Harus Diperbaiki untuk Ciptakan Layanan yang Efektif

(Ki-ka) Senior Executive Vice President PT Asuransi Cakrawala Proteksi Azuarini Diah P sebagai moderator, Ketua Kompartemen Humas dan Pengabdian Masyarakat ARSSI Pusat sekaligus Direktur RS Hermina Bogor Muyi Ayoe Hapsari, dan Anggota Bidang Teknik dan Produk Forum Asuransi Kesehatan Indonesia (Formaksi) Reza Putra. | Foto: Media Asuransi/Sarah Dwi Cahyani

Media Asuransi, JAKARTA – Ketua Kompartemen Humas dan Pengabdian Masyarakat Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Pusat sekaligus Direktur Rumah Sakit Hermina Bogor Muyi Ayoe mengungkapkan strategi alur kesehatan harus diperbaiki untuk meraih peluang besar sekaligus menegakkan layanan yang efektif, khususnya terkait sistem asuransi kesehatan.

Muyi menyoroti adanya miskomunikasi dan ketidaktahuan peserta asuransi mengenai batasan layanan yang bisa diterima. Banyak peserta yang tidak tahu jika ingin datang ke rumah sakit harus mengunjungi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terlebih dahulu.

|Baca juga: Sesmenko Susiwijono Sebut Tidak Ada Pengiriman Data Pribadi WNI ke AS

|Baca juga: UMKM Dinilai Wajib Jadi Supply Chain dari Perusahaan Besar, Kadin Beberkan Alasannya!

Hot issue-nya, sekarang ini kita lagi kena bomb nih. Artinya pada saat pasien (asuransi) ini datang, ya harapannya karena dia sudah bayar (premi), ya Anda harus handle itu. Tapi kan ternyata tidak,” sebut Muyi, di Jakarta, Kamis, 30 Juli 2025.

Selain itu, komunikasi juga menjadi masalah dalam sistem alur layanan. Pasalnya, banyak terjadi komunikasi yang kurang efektif antara rumah sakit, klinik, BPJS, dan perusahaan asuransi. Dirinya menilai edukasi yang disampaikan sampai saat ini memang kurang optimal.

“Nah, ini yang menjadi PR kami. Bagaimana melakukan sosialisasi itu agar semua pasien terpuaskan, walaupun tidak 100 persen puas ya,” imbuhnya.

Salah satu yang ditekankan oleh Muyi dalam alur layanan agar lebih efektif, efisien, dan manusiawi adalah menegakkan Standar Prosedur Operasional (SPO) dan Panduan Praktik Klinis (PPK).

“Jadi, secara tidak langsung kita memperbaiki diri. Memperbaiki diri dari sisi asuransinya, BPJS, dan komersial. Jadi, sistem itu jalan dan kita sudah terkoneksi sama mereka (pasien),” terang Muyi.

|Baca juga: Jualan di Shopee & Tokopedia Bakal Kena Pajak! Sri Mulyani Buka Suara

|Baca juga: Pemerintah Minta Tarif AS ke Indonesia Jangan Dilihat seperti Skor Sepak Bola

Muyi menilai meningkatkan arus layanan bukan sekadar sistem semata namun juga melayani pasien dengan hati. Kemudian, tambahnya, juga memfokuskan pada layanan kesehatan yang berjenjang, utamanya untuk seluruh lapisan masyarakat.

“Itu balik lagi. Kita ada high cost, high volume. Itu tetap diakreditasi dan tetap kita kawal,” pungkas Muyi.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Kemenkes: Platform Satu Sehat Jadi Jalan Tol Digitalisasi Kesehatan
Next Post Formaksi: Harus Ada Super AI untuk Integrasikan Data Asuransi Swasta hingga BPJS Kesehatan

Member Login

or