Media Asuransi, JAKARTA – Pengajar Asuransi dan Manajemen Risiko sekaligus Pengurus Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (KUPASI), Reza Ronaldo, menilai peran asuransi semakin krusial dalam menghadapi bencana alam yang kerap melanda wilayah rawan seperti Aceh dan Sumatra Utara.
Menurutnya, asuransi tidak hanya berfungsi sebagai perlindungan finansial, tetapi juga menjadi instrumen penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mempercepat pemulihan pascabencana.
“Asuransi berfungsi sebagai alat risk transfer yang memindahkan potensi kerugian finansial dari individu, rumah tangga, pelaku usaha, hingga pemerintah kepada perusahaan asuransi,” ujar Reza kepada Media Asuransi, dikutip Rabu, 24 Desember 2025.
Lebih lanjut, Reza menjelaskan bahwa dalam konteks bencana banjir dan longsor, keberadaan berbagai produk asuransi menjadi sangat penting. Produk tersebut antara lain asuransi properti dengan perluasan risiko banjir, asuransi bencana alam, serta asuransi mikro yang mencakup risiko banjir dan longsor guna meminimalkan beban kerugian masyarakat terdampak.
|Baca juga: Panin Dai-ichi Life Salurkan Bantuan Rp100 Juta untuk Korban Bencana Hidrometeorologi di Sumatra
“Tanpa asuransi, pemulihan pasca-bencana sepenuhnya mengandalkan tabungan pribadi, bantuan pemerintah, atau donasi yang tidak akan cukup untuk mengganti kerusakan aset penting,” ucap Reza.
Ia menegaskan bahwa asuransi memiliki kontribusi nyata dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mempercepat proses pemulihan pascabencana. Pembayaran klaim, kata Reza, memungkinkan masyarakat segera melakukan perbaikan rumah dan bangunan, memulihkan usaha kecil dan menengah, serta mengganti barang atau aset produktif tanpa harus menunggu proses birokrasi bantuan pemerintah yang kerap memakan waktu.
“Secara makro, peningkatan penetrasi asuransi bencana dapat mengurangi beban APBN/APBD, menjaga stabilitas ekonomi regional, dan mempercepat arus ekonomi pasca-bencana,” lanjutnya.
Selain itu, Reza menilai rangkaian bencana alam yang terjadi belakangan ini harus dijadikan momentum untuk memperkuat kesadaran risiko di masyarakat. Ia menekankan bahwa risiko hidrometeorologi bersifat sistemik dan berulang, sehingga tidak dapat dipandang sebagai kejadian insidental semata.
|Baca juga: Inilah 3 Jaminan Asuransi yang Terkait dengan Bencana Alam Sumatra
“Saat ini penetrasi asuransi bencana masih rendah, sehingga banjir besar seperti yang terjadi di Aceh dan Sumut 2025, semakin menegaskan perlunya inovasi produk dan edukasi yang lebih intensif,” jelas Reza.
Sebagai informasi, pada akhir November 2025 wilayah Aceh dan sebagian Sumatra Utara dilanda bencana hidrometeorologi berupa banjir besar dan tanah longsor. Data Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat, per 27 November 2025 banjir terjadi di 16 kabupaten/kota di Aceh dan menyebabkan 20.759 jiwa mengungsi serta satu orang dilaporkan hilang.
Sementara itu, kawasan Tapanuli di Sumatra Utara, meliputi Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, hingga wilayah pesisir seperti Sibolga, juga terdampak banjir dan longsor akibat hujan deras dan cuaca ekstrem yang dipicu oleh siklon tropis.
Berdasarkan pernyataan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 30 November 2025, bencana hidrometeorologi di Sumatra Utara, Aceh, dan Sumatra Barat telah menewaskan total 303 jiwa. Selain korban jiwa, bencana tersebut juga mengakibatkan kerusakan rumah, terputusnya akses jalan dan jembatan, serta krisis kebutuhan dasar di sejumlah wilayah
Editor: Irdiya Setiawan
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
