1
1

Hampir 5 Tahun Hardening, Tanda-Tanda Soft Market Belum Terlihat

Industri reasuransi global. | Foto: Ist

Media Asuransi, JAKARTA – Pasar asuransi dan reasuransi global selama hampir 5 tahun terus mengalami hardening, tapi itu tidak ditransmisikan dengan baik di pasar Indonesia. Hingga kini, tanda-tanda pasar akan menuju soft market belum terlihat.

Direktur Teknik & Operasi PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero)/Indonesia Re, Delil Khairat mengatakan sebenarnya fenomena soft market dan hard market merupakan hal yang normal terjadi di asuransi dan reasuransi. “Industri asuransi dan reasuransi global itu pada dasarnya adalah satu pool besar,” katanya dalam webinar 1 Dekade Kupasi, Selasa malam, 10 Januari 2023.

|Baca juga: Hard Market Reasuransi Global Dapat Berdampak Kenaikan Premi Retrosesi

Dia jelaskan, ketika ada bagian pool yang performance-nya buruk atau jelek, maka tentu akan mempengaruhi anggota pool yang lain. Walaupun mekanismenya risk transfer, secara filosofis kita bisa melihat bahwa member of the pool ini saling berbagi risiko.

Lebih lanjut dia tuturkan bahwa industri asuransi dan reasuransi mengenal soft market dan hard market yang sebenarnya merupakan siklus normal di industri asuransi dan reasuransi. “Kita katakan market itu soft apabila kapasitas itu tersedia, sehingga premi murah dan term and condition juga longgar atau fleksibel. Sebaliknya jika kapasitas itu menyusut kemudian harganya meningkat dan term and condition syaratnya menjadi ketat, maka kita katakan sebagai hard market,” kata Delil.

Menurutnya, hal yang menarik adalah, hard market ini sudah berlangsung cukup lama. Sudah memasuki kuartal yang ke-20, kurang lebih sudah 5 tahun. Namun hard market reasuransi itu terus hadir. Artinya kapasitas terus menyusut, kemudian term and condition semakin ketat dan harga naik, dan hingga kini, menurut Delil, belum ada tanda-tanda soft market.

Penyebab tidak ada tanda-tanda soft itu, terang Delil, akibat terjadi banyak sekali peningkatan frekuensi maupun severity. Seperti tahun 2021 bulan Desember 2022 di Malaysia mengalami banjir yang sangat hebat. Kemudian di Korea Selatan, Seoul juga mengalami banjir. Amerika Serikat juga mengalami hurricane (badai) yang mendarat di Florida. Banyak yang mengatakan bahwa besarnya loss hampir mendekati hurricane Katrina di tahun 2006.

“Kemudian ditambah lagi kita masih berada di pandemi Covid-19, walaupun sudah di ujung-ujung. Dampak dari pandemi krisis kesehatan yang juga membawa krisis ekonomi, sedikit banyak mempengaruhi supply dan demand di asuransi,” kata Delil. 

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Ingin Memahami Delisting Saham? Simak di Sini
Next Post OJK Terbitkan Aturan Baru untuk Pialang Asuransi & Reasuransi dan Penilai Kerugian Asuransi

Member Login

or