Media Asuransi, GLOBAL – Pasar asuransi kejahatan di Asia Pasifik diprediksi tumbuh paling cepat di dunia dengan laju hampir 19 persen per tahun sepanjang 2023 hingga 2032. Lonjakan ini didorong oleh pesatnya pertumbuhan ekonomi kawasan, meningkatnya aktivitas perdagangan lintas negara, serta melonjaknya transaksi keuangan digital.
Dilansir dari Insurance Asia, Senin, 13 Oktober 2025, laporan Allied Market Research menyebutkan nilai pasar global asuransi kejahatan akan naik drastis dari 13,7 miliar dolar AS pada 2022 menjadi 47,7 miliar dolar AS pada 2032. Secara keseluruhan, pasar ini akan mencatatkan pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) sebesar 13,5 persen selama satu dekade ke depan.
|Baca juga: Askrindo Bersama DAI Gencarkan Literasi Asuransi di Kota Pahlawan
|Baca juga: Bos OJK Sebut 109 Perusahaan Asuransi Sudah Penuhi Ketentuan Ekuitas Minimum
Asia Pasifik menjadi kawasan dengan pertumbuhan tercepat karena transformasi digital dan ekspansi bisnis internasional yang semakin masif. Aktivitas ekonomi yang padat membuat risiko kejahatan finansial meningkat, sehingga permintaan terhadap perlindungan asuransi pun melonjak tajam.
Selain itu, kemajuan teknologi dan globalisasi turut memperluas cakupan risiko yang perlu diasuransikan. Meski demikian, proses klaim yang rumit serta kebijakan polis yang terus berubah menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri.
Naiknya kesadaran terhadap ancaman siber juga membuka peluang baru bagi pasar ini. Produk asuransi kejahatan kini makin diminati karena mampu memberikan perlindungan tambahan terhadap risiko penipuan dan pencurian digital yang kian kompleks.
Segmen fraud cover atau perlindungan terhadap penipuan masih mendominasi dengan kontribusi sekitar dua perlima dari total pendapatan global pada 2022. Namun, theft cover atau perlindungan terhadap pencurian diprediksi tumbuh lebih pesat dengan kenaikan 18,5 persen per tahun, seiring globalisasi dan meningkatnya kerentanan rantai pasok internasional.
|Baca juga: Rebutan Debitur Kian Panas, Ini Jurus Bank Permata (BNLI) agar Nasabah Tidak Hijrah ke Himbara
|Baca juga: Bank Mega Syariah Perkuat Mitigasi Risiko Kurs dan Dorong FBI Lewat PIDI Syariah
Dari sisi konsumen, sektor bisnis masih menjadi penyumbang terbesar, mencapai lebih dari dua pertiga permintaan asuransi kejahatan pada 2022. Tekanan regulasi untuk menjaga keamanan data dan aset keuangan menjadi alasan utama.
Meski demikian, pertumbuhan paling cepat justru datang dari segmen individu, yang diproyeksikan naik 15,6 persen per tahun. Peningkatan ini didorong oleh maraknya kasus pencurian identitas, tren kerja jarak jauh, serta semakin banyaknya bisnis rumahan yang membutuhkan perlindungan finansial.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
