Media Asuransi, GLOBAL – Kerugian yang ditanggung dari acara CrowdOut pada 19 Juli untuk pasar asuransi siber mandiri diperkirakan antara US$400 juta hingga US$1,5 miliar. Ini mewakili dampak rasio kerugian sekitar tiga persen hingga 10 persen pada premi asuransi siber global sebesar US$15 miliar saat ini.
Skala kerugian ini bisa menjadikan acara CrowdOut sebagai peristiwa kerugian tunggal terbesar dalam sejarah industri asuransi siber afirmatif selama 20 tahun terakhir. Namun, itu tidak mendekati skenario ekstrem yang saat ini dimodelkan oleh perusahaan asuransi dan reasuransi siber, menurut perkiraan CyberCube.
Berdasarkan perkiraan CyberCube yang dikutip dari Insurance Asia, Selasa, 30 Juli 2024, acara tersebut mewakili kerugian antara periode pengembalian kerugian industri satu dalam dua tahun hingga satu dalam enam tahun menurut model bencana siber dan database eksposur industri mereka.
|Baca juga: Manulife Indonesia Buka Kantor Pemasaran Mandiri BMW di Cilegon
Produk portofolio manager dari CyberCube, yang digunakan oleh 30 dari 40 perusahaan asuransi siber terbesar di AS dan Eropa, menunjukkan skenario yang jauh lebih merusak, mencapai rasio kerugian sebesar 234 persen pada peristiwa ekstrem dengan periode pengembalian satu dalam 200 tahun.
Jadi, meskipun acara CrowdOut signifikan untuk pasar asuransi siber, itu tidak mendekati potensi kerusakan yang dipersiapkan oleh perusahaan asuransi terkemuka.
Meskipun perkiraan angka kerugian yang ditanggung relatif rendah, acara ini memberikan bahan berharga untuk analisis kontrafaktual guna memvalidasi kredibilitas model. Misalnya, jika acara ini merupakan serangan ransomware yang jahat yang melumpuhkan sejumlah besar sistem komputer, kerugian akan jauh lebih tinggi.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News