Media Asuransi, JAKARTA – Asuransi syariah di Tanah Air terus mengalami pertumbuhan yang signifikan. Aset asuransi jiwa syariah tahun 2022 mempunyai porsi sebesar 5,6 persen dibandingkan total aset asuransi jiwa secara umum. Sedangkan asuransi umum syariah memiliki market share sebesar 3,7 persen. Hal ini didukung oleh 15 perusahaan asuransi syariah dan reasuransi syariah full fledged, serta 43 asuransi syariah dan reasuransi syariah berbentuk Unit Usaha Syariah (UUS).
Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Dewan Asuransi Indonesia (DAI), Erwin Noekman, yang juga Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) saat membacakan sambutan tertulis Ketua DAI, Rudy Kamdani, pada acara Best Insurance Award 2023 Media Asuransi di Jakarta, Senin malam, 18 September 2023.
|Baca juga: 44 Asuransi dan Reasuransi Berkinerja Terbaik Sepanjang 2022
Sementara dari perspektif lini usaha, menurut Erwin, asuransi jiwa mencatatkan kenaikan aset yang konsisten selama 5 tahun terakhir, yaitu sebesar 5 persen secara compounded annual growth rate (CAGR), dengan nilai sebesar Rp585 triliun. Pendapatan premi pun cenderung stabil dalam 5 tahun terakhir dengan perolehan sebesar Rp169 triliun pada akhir tahun 2022.
“Sementara aset asuransi umum bertumbuh sebesar 8 persen secara CAGR menjadi Rp197 triliun dan jumlah premi tumbuh sebesar 7 persen menjadi Rp78 triliun. Apabila dilihat secara gabungan maka asuransi jiwa dan asuransi umum tumbuh sebesar 4 persen. Sementara itu, perusahaan reasuransi juga mengalami pertumbuhan aset cukup baik sebesar 12 persen secara tahunan dalam 5 tahun terakhir dengan posisi pada akhir 2022 sebesar Rp34 triliun,” papar Erwin.
Sejalan dengan berbagai indikasi positif industri asuransi, lanjut Erwin, tentunya masih ada berbagai tantangan agar industri ini terus tumbuh secara sehat dan berkembang. “Hal ini terlihat dari sisi literasi asuransi 31,7 persen, sementara inklusi di angka 16,6 persen yang masih di bawah angka lembaga jasa keuangan lainnya. Oleh karena itu, pekerjaan rumah kita bersama untuk terus meningkatkan angka literasi dan inklusi asuransi,” jelasnya.
Erwin pun mengingatkan, hingga tahun 2022, menurut data ASEAN Insurance Surveillance Report, penetrasi asuransi di Indonesia apabila dibandingkan dengan PDB ada di angka 1,4 persen. “Angka ini masih di bawah negara-negara ASEAN lainnya, seperti Singapura sebesar 12,5 persen, Malaysia sebesar 3,8 persen, dan Thailand sebesar 4,6 persen.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News