Media Asuransi, GLOBAL – Serangkaian badai tropis yang saling tumpang tindih serta monsun ekstrem sejak November 2025 telah memengaruhi lebih dari 11 juta orang di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Kondisi itu dengan total kerugian ekonomi melebihi US$30 miliar.
Mengutip Asia Insurance Review, dikutip Rabu, 17 Desember 2025, laporan terbaru dari Aon mengungkapkan, fenomena ini dipicu pertemuan sistem cuaca kuat yang tidak biasa di kawasan tersebut.
Sri Lanka dan India
Siklon Ditwah menjadi yang paling parah, menghantam Sri Lanka dan India bagian selatan. Di Sri Lanka, kerugian langsung diperkirakan mencapai US$613 sampai US$835 juta, ditambah kerugian pertanian sekitar US$556 juta. Dengan kerugian tidak langsung, total dampaknya diperkirakan mencapai US$7 miliar atau sekitar satu persen PDB negara tersebut.
Siklon ini menyebabkan 481 kematian dan berdampak pada lebih dari 1,5 juta orang. Kerusakan infrastruktur meluas mulai dari jalan, rel kereta, bendungan, pembangkit listrik, hingga pemadaman yang memengaruhi 25 sampai 30 persen wilayah.
Di India, Ditwah menimbulkan kerugian sekitar US$40 juta, menyebabkan tiga kematian dan merusak 57.000 hektare lahan pertanian di Tamil Nadu.
Filipina dan Vietnam
Topan Koto yang melanda akhir November tidak menimbulkan kerugian besar, tetapi tetap berdampak pada banyak warga. Di Filipina, lebih dari 275.000 orang terdampak. Di Vietnam, aktivitas badai sepanjang 2025 termasuk Koto telah menyebabkan kerugian lebih dari US$3,2 miliar, dengan 409 orang meninggal serta banyak yang terluka atau hilang.
Thailand, Indonesia, dan Malaysia
Badai Senyar memicu banjir besar di Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Total kerugian di tiga negara diperkirakan mencapai US$19,8 miliar. Thailand mencatat kerugian lebih dari US$15,7 miliar, dengan 22 provinsi terdampak dan lebih dari 4 juta orang mengalami banjir. Korban meninggal mencapai 306 orang.
Indonesia mengalami kerusakan besar terutama di Sumatra, dengan kerugian lebih dari US$4,1 miliar. Sekitar 46.000 rumah rusak, dan total korban mencapai 836 orang meninggal, 2.600 luka-luka, serta 518 orang hilang. Senyar kini menjadi siklon paling mematikan kedua di Indonesia.
Malaysia tidak mengalami banjir besar, tetapi 10 negara bagian tetap terdampak. Lebih dari 21.000 orang mengungsi dan tiga kematian tercatat. Aktivitas siklon juga mengganggu transportasi dan membebani sistem pengendalian banjir di beberapa wilayah, termasuk Selangor.
Fenomena ini menunjukkan meningkatnya risiko bencana hidrometeorologi di Asia Selatan dan Asia Tenggara seiring perubahan pola cuaca ekstrem.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
