Media Asuransi, JAKARTA – Risiko selalu muncul dalam kehidupan setiap manusia dalam berbagai bentuk. Satu bentuk risiko yang menghantui kehidupan manusia modern adalah risiko finansial. Pengertian risiko keuangan secara sederhana, yaitu risiko yang timbul dari sebuah keputusan atau kejadian dan membawa dampak merugikan secara finansial.
Bentuk keputusan atau kejadian yang bisa berujung kerugian sangatlah beragam. Salah satu contoh, risiko kerugian karena mengambil keputusan investasi yang keliru atau membeli saham yang bersifat sangat spekulatif. Seseorang bisa merugi jika tidak cermat dalam mengelola pengeluaran. Misal, ia mengambil utang yang jauh di atas kemampuannya.
Risiko finansial sistematis dan risiko finansial non sistematis
Dalam literatur keuangan, ada berbagai pengelompokan risiko. Namun, yang paling umum, risiko finansial dibagi menjadi dua jenis, yakni risiko finansial sistematis dan risiko finansial non sistematis.
Baca juga: Pentingnya Asuransi Perjalanan Kala Pandemi Covid-19
Risiko finansial sistematis merujuk ke berbagai risiko yang kehadirannya tidak bisa dihindari, apalagi diprediksi. Dalam konteks keuangan, contoh risiko sistematis misalnya inflasi yang mempengaruhi daya beli, peningkatan suku bunga, dan volatilitas pasar yang tinggi. Risiko keuangan sistematis ini umumnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak bisa diprediksi pula, misalnya bencana alam, pandemi COVID-19, iklim politik, dan sebagainya.
Sebaliknya, risiko finansial nonsistematis adalah risiko finansial yang membayangi seseorang, perusahaan, atau organisasi, karena keputusan atau kejadian tertentu. Berbeda dengan risiko finansial sistematis, risiko finansial non sistematis merupakan sesuatu yang bisa dikelola.
Lalu, seperti apa bentuk pengelolaan risiko non sistematis ini? Dalam dunia investasi, diversifikasi merupakan jurus utama mengelola risiko non sistematis. Dalam konteks pengelolaan keuangan pribadi, risiko keuangan yang timbul akibat kematian, sakit, atau kerugian, bisa dikelola dengan asuransi. Berikut adalah jenis-jenis risiko finansial yang bisa hadir di kehidupan kita dan cara mengelolanya.
- Risiko inflasi
Ini merujuk ke risiko penurunan daya beli akibat kenaikan harga barang dan jasa lebih tinggi daripada pertumbuhan pendapatan. Risiko yang merupakan dampak dari situasi makro ekonomi, baik dalam negeri maupun global, yang membayangi perekonomian setiap negara.
Agar kamu bisa mengelola risiko ini, langkah pertama yang bisa dilakukan ialah dengan mengakses informasi seputar kondisi ekonomi terkini. Ini tidak sulit. Kamu hanya perlu rajin mengikuti berita tentang perkembangan inflasi. Setelah itu, kamu bisa melakukan cek finansial pribadi, dengan cara membandingkan antara peningkatan pendapatan dan peningkatan inflasi. Manakah yang lebih tinggi? Jika peningkatan pendapatan masih di atas kenaikan inflasi, artinya kamu masih memiliki daya beli yang lebih tinggi daripada kenaikan inflasi. Namun jika sebaliknya, artinya daya beli melemah, sehingga bisa mengakibatkan kamu tidak bisa mempertahankan gaya hidup seperti sebelumnya.
Dari hasil perbandingan itu, kamu bisa melakukan keputusan yang perlu untuk menghindar dari risiko inflasi. Apabila pendapatanmu tidak tumbuh secepat kenaikan harga, maka kamu bisa mengelolanya dengan cara meningkatkan pemasukan. Bentuknya bisa bermacam-macam, misalnya mencari pekerjaan atau melakukan usaha baru, atau mencari sumber pendapatan baru dari usaha atau usaha sampingan.
Baca juga: Pekerja Ingin Jadi Pengusaha? Ini Strateginya
- Risiko meninggal, cacat tetap total, dan sakit kritis
Risiko keuangan juga bisa muncul dalam kehidupan sebuah keluarga apabila pencari nafkah tutup usia, mengalami cacat tetap total, atau jatuh sakit akibat penyakit kritis. Jika ketiga risiko ini terjadi, maka pencari nafkah tak lagi bisa mendatangkan pemasukan untuk keluarga. Tentu ini akan menimbulkan dampak finansial bagi pasangan dan anak-anak.
Jika kamu merupakan pencari nafkah dan memiliki tanggungan, maka kamu bisa melindungi diri dengan asuransi. Risiko kematian bisa dikelola dengan memiliki asuransi jiwa. Sebab, uang pertanggungan (UP) yang terkandung dalam asuransi jiwa bisa digunakan sebagai pengganti penghasilan jika pencari nafkah wafat. Sementara untuk melindungi diri dari risiko cacat tetap total, maka kamu bisa melindungi diri dengan asuransi kecelakaan.
Adapun risiko finansial akibat sakit kritis, dapat dikelola dengan memiliki asuransi penyakit kritis. Santunan yang terkandung dalam asuransi penyakit kritis dapat bermanfaat sebagai pengganti penghasilan dan biaya pengobatan yang umumnya sangat besar. Pilihlah produk proteksi yang paling sesuai dengan kebutuhan kamu dan keluarga.
- Risiko sakit
Pengetahuan manusia tentang kesehatan memang terus tumbuh. Namun itu tidak berarti, risiko medis yang membayangi umat manusia hilang. Yang terjadi justru sebaliknya. Kita masih terus mendengar tentang penyakit yang mengancam kehidupan manusia.
Pandemi COVID-19 yang belum usai adalah salah satu contoh betapa risiko sakit yang mengancam kesehatan manusia masih tinggi. Celakanya, biaya pengobatan yang harus ditanggung terus bergerak naik seiring inflasi. Sehingga, jatuh sakit pun mendatangkan risiko yang tidak hanya mengancam kehidupan, tetapi juga risiko finansial.
Memiliki asuransi kesehatan yang menawarkan manfaat sesuai dengan kebutuhan dan menawarkan fleksibilitas merupakan salah satu cara yang bisa kamu tempuh untuk mengelola risiko finansial yang timbul akibat sakit. Dengan memiliki asuransi kesehatan, kamu tidak perlu menguras uang simpanannya seumur hidup untuk biaya pengobatan.
- Risiko kerugian investasi
Investasi merupakan salah satu bentuk pengelolaan keuangan yang wajib diketahui manusia di masa modern. Inilah kegiatan yang memungkinkan seseorang mengembangkan asetnya, untuk dapat mencapai tujuan keuangan di masa mendatang dan mengimbangi laju inflasi.
Namun, investasi juga tidak luput dari bayang-bayang risiko, baik yang berupa risiko sistematis maupun yang berupa risiko non sistematis. Risiko sistematis akan muncul setiap kali seseorang melakukan investasi. Karena itu, risiko ini dipercaya tidak bisa dikelola, misalnya makro ekonomi dan volatilitas pasar. Sementara, risiko non sistematis merupakan risiko yang bisa dikelola. Dalam konteks investasi, risiko non sistematis bisa dikelola dengan melakukan diversifikasi portofolio.
Mungkin kamu pernah mendengar prinsip investasi yang menyebut jangan menempatkan seluruh telur dalam satu keranjang. Artinya, kamu tidak seharusnya menempatkan seluruh dana dalam satu instrumen saja. Pilihlah lebih dari satu instrumen, yang disesuaikan dengan tujuan investasi kita.
Diversifikasi juga patut dilakukan di masing-masing jenis instrumen investasi yang sama, seperti obligasi, reksa dana atau saham. Artinya, saat membiakkan dana dalam instrumen-instrumen tersebut, pastikan bahwa kamu tidak menempatkan seluruh dana investasi di satu saham, atau satu obligasi, atau satu reksa dana saja. Diversifikasi bertujuan untuk menyebar risiko. Sehingga, ketika salah satu portofolio mengalami kerugian, maka tidak seluruh dana yang kamu punya mengalami kerugian.
- Risiko kerugian
Risiko yang juga hadir dalam kehidupan setiap manusia adalah kemungkinan mengalami kerugian akibat kehilangan, kerusakan harta benda, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga. Kehilangan yang dimaksud di sini bisa berarti kehilangan karena pencurian atau kelalaian diri sendiri. Kerusakan pun bisa disebabkan oleh kelalaian, kejahatan orang lain, atau bencana alam.
Contoh risiko kerusakan akibat kelalaian misalnya musibah tabrakan di jalan hingga menyebabkan kerusakan kendaraan pribadi dan milik orang lain. Jika kita adalah pihak yang bersalah dalam merusakkan kendaraan orang lain, berarti kita juga harus menanggung biaya perbaikan kendaraan orang lain tersebut. Sementara kerusakan karena bencana alam misalnya banjir yang menyebabkan rumah dan mobil terendam, bahkan kebakaran.
Risiko kerugian ini bisa dikelola dengan memiliki asuransi umum atau disebut juga asuransi kerugian. Dengan memiliki asuransi kerugian, maka beban biaya yang perlu kamu tanggung saat terjadi risiko akan lebih ringan, karena perusahaan asuransi akan memberikan pertanggungan.
Semoga kini kamu semakin memahami jenis-jenis risiko finansial. Untuk mengelola risiko finansial yang bisa menghampiri kapan saja, jangan lupa melindungi diri dengan asuransi. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News