Media Asuransi, JAKARTA – Tahun ini diperkirakan masih ada tantangan eksternal yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, seperti kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait tarif dagang, dan pemotongan pajak yang berpotensi mendorong inflasi di AS.
|Baca juga: Peruji Umumkan Dewan Pengurus Baru Periode 2025–2029
Chief Investment Officer Allianz Indonesia Ni Made Daryanti menjelaskan kondisi itu dapat memperlambat pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Selain itu, pelemahan ekonomi China dan ketegangan geopolitik turut menjadi faktor penghambat.
“Namun, Allianz Indonesia percaya diberbagai kondisi ekonomi tetap ada peluang investasi untuk mendapatkan imbal hasil yang optimal. Begitu pula dengan kondisi saat ini di mana kebijakan tarif Trump akan berdampak pada volatilitas saham dan obligasi,” kata Ni Made Daryanti, dikutip dari keterangan resminya, Jumat, 25 April 2025.
|Baca juga: Berikut 6 Rekomendasi Saham Layak Koleksi di Akhir Pekan
|Baca juga: Prediksi IHSG dan 4 Saham Pilihan dari MNC Sekuritas untuk Hari Ini
Ia menambahkan Allianz Indonesia terus memantau dampak kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi dan pasar modal Indonesia dengan tetap menerapkan pendekatan fundamental, strategi yang dinamis, dan mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan risiko.
Untuk subdana dengan underlying saham, lanjutnya, Allianz Indonesia menerapkan strategi tactical underweight and selectively defensive. Dari segi strategi penempatan portofolio, Allianz secara taktis mengurangi bobot dan secara selektif lebih defensif.
Allianz, tambahnya, telah menyaksikan peningkatan tarif pada Pemerintahan Trump yang memicu aksi jual di pasar global karena ketidakpastian meningkat. Bahkan, pelaku pasar mulai memperhitungkan skenario resesi di AS yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan PDB di global.
“Dikarenakan hal tersebut, laba perusahaan juga akan direvisi lebih rendah dari perkiraan awal. Di balik ketidakpastian global, di dalam domestik, pemerintahan baru juga berada dalam fase transisi yang mencoba menjalankan kebijakan-kebijakan barunya,” jelasnya.
|Baca juga: Citi Indonesia Perkirakan Industri Padat Karya RI Terdampak dari Tarif AS
|Baca juga: LPS Pastikan Penjaminan Simpanan Terjaga dan Stabilitas Sistem Keuangan Aman
Melihat semua latar belakang yang terjadi, masih kata Ni Made Daryanti, Allianz telah memposisikan portofolio secara keseluruhan pada kondisi yang defensif dan dalam proses pemilihan terus mendukung perusahaan yang memiliki neraca yang kuat dan tata kelola perusahaan yang baik.
Untuk subdana dengan underlying pendapatan tetap, Allianz Indonesia menerapkan strategi posisi netral untuk mengantisipasi volatilitas yang lebih tinggi di masa mendatang dan ekspektasi lebih rendahnya besaran penurunan suku bunga. Adapun The Fed dan Bank Indonesia mulai menurunkan suku bunga acuan masing-masing 100 bps dan 25 bps sejak September 2024.
“Kami memperkirakan penurunan suku bunga The Fed dan BI sebesar 50 bps lagi pada 2025. Beberapa faktor yang kami pantau dengan seksama dari sisi global adalah dampak dari tarif dagang yang ditetapkan Pemerintah AS, meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah, dan potensi resesi di AS,” ucapnya.
“Sementara dari dalam negeri kami juga memantau perkembangan kebijakan fiskal, dampak dari revisi UU TNI, implementasi berkelanjutan dari pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BIP Danantara), dan kejelasan kebijakan dari pemerintah ke depannya,” tambahnya.
|Baca juga: Bisnis Treasury and Trade Solutions Citi Indonesia Tumbuh Positif di 2024
|Baca juga: Citi Indonesia Cetak Laba Bersih Rp2,6 Triliun di 2024
Lebih lanjut, Allianz Indonesia senantiasa mengajak nasabah untuk meninjau secara berkala tujuan investasi, jangka waktu, toleransi risiko, serta alokasi aset sesuai dengan profil risiko. Jika dibutuhkan, nasabah dapat mempertimbangkan untuk menyesuaikan alokasi pada pembayaran premi berikutnya pada strategi yang memiliki volatilitas yang lebih rendah.
“(Hal itu) guna menjaga stabilitas portofolio dalam memenuhi pemotongan unit untuk pembayaran biaya asuransi,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News