Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings menilai perusahaan reasuransi Indonesia memiliki penyangga modal yang lemah karena penambahan cadangan yang besar untuk bisnis jangka panjang dan asuransi kredit.
Dalam laporan khusus bertajuk South-East Asian Reinsurers-Peer Review February 2023, Fitch menjelaskan peringkat internasional yang diberikan kepada perusahaan reasuransi Asia Tenggara sangat dipengaruhi oleh profil industri dan lingkungan operasi (Industry Profile and Operating Environment/IPOE) negara tempat mereka beroperasi.
“Reasuransi Indonesia dipengaruhi oleh peringkat negara yang lebih rendah, pasar keuangan yang lebih dangkal dan industri asuransi yang kurang berkembang, dibandingkan dengan negara lain di Thailand dan Malaysia,” tulis Fitch.
|Baca juga: Kapabilitas Industri Reasuransi Indonesia Dinilai Kurang Proporsional
Menurut Fitch, Malaysian Re mendapatkan keuntungan dari eksposur bisnisnya ke pasar negara maju. Fitch Ratings memeringkat profil perusahaan reasuransi di Asia Tenggara dari ‘Least Favourable‘ hingga ‘Favourable‘. Reasuransi ini memiliki waralaba lokal yang baik tetapi skala operasi kecil dibandingkan dengan reasuransi regional dan global.
“Skor profil perusahaan Indonesia Re dan Nasional Re terseret oleh tata kelola perusahaan yang lemah. Penilaian untuk faktor kredit ini berkisar dari ‘ccc’ hingga ‘a’, dan terkait erat dengan faktor IPOE,” jelasnya.
Anggota kelompok sejawat dengan skor profil perusahaan ‘Favourable‘ memiliki penilaian IPOE yang lebih tinggi. Fitch menjelaskan perusahaan reasuransi Indonesia memiliki penyangga modal yang lemah karena penambahan cadangan yang besar untuk bisnis jangka panjang dan asuransi kredit. Skor Model Fitch Prism mereka berkisar dari ‘Lemah’ hingga ‘Cukup Lemah’.
Sebagai perbandingan, kecukupan modal Malaysia Re dan Thai Re umumnya kuat dan jauh di atas persyaratan peraturan lokal mereka, dengan skor Model Fitch Prism stabil ‘Sangat Kuat’ atau lebih tinggi.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News