Media Asuransi, JAKARTA – Anggota Bidang Teknik dan Produk Forum Asuransi Kesehatan Indonesia (Formaksi) Reza Putra mengungkapkan pemanfaatan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) bisa menjadi solusi strategis dalam menekan lonjakan klaim dan mencegah fraud.
Tentunya hal ini tanpa mengorbankan mutu layanan kesehatan. Namun, Reza menyampaikan, integrasi data memang harus diterapkan terlebih dahulu mulai dari BPJS Kesehatan, asuransi swasta, obat-obatan, tarif pelayanan, sampai dengan Peraturan Kementerian Kesehatan (Permenkes).
|Baca juga: Sesmenko Susiwijono Sebut Tidak Ada Pengiriman Data Pribadi WNI ke AS
|Baca juga: UMKM Dinilai Wajib Jadi Supply Chain dari Perusahaan Besar, Kadin Beberkan Alasannya!
“Jadi, ada BPJS Kesehatan, datanya seperti apa? Terus asuransi swasta, obat-obatan, tarif layanan, peraturan. Itu memang kumpulnya di rumah sakit. Saya pikir ada satu super AI atau super aplikasi yang kurang lebih bisa meng-cover semua data tadi,” sebut Reza, di Jakarta, Rabu, 30 Juli 2025.
Ia menambahkan integrasi data perlu dilakukan. Pasalnya hingga saat ini Formaksi sering mengalami kendala seperti complain dari peserta yang merasa dokumennya kurang lengkap dari BPJS Kesehatan hingga harga yang tidak sama terkait obat-obatan.
“Kemudian bisa kita satukan di super AI atau super aplikasi tersebut, yang bisa mengkonversi tagihan pasien. Jadi sesuai dengan BPJS-nya, terus sesuai dengan polis asuransi kesehatannya,” imbuh Reza.
Terkait penggunaan AI, Reza menjelaskan, dengan penggunaan kecerdasan buatan maka sistem akan diberikan manfaat seperti bebas dari intervensi, memiliki hasil yang cepat namun prediktif, dan terakhir bisa self learning ataupun switch SDM.
|Baca juga: Jualan di Shopee & Tokopedia Bakal Kena Pajak! Sri Mulyani Buka Suara
|Baca juga: Pemerintah Minta Tarif AS ke Indonesia Jangan Dilihat seperti Skor Sepak Bola
Dengan sistem ini, Reza berharap, bisa lebih terbuka dan dapat digunakan di seluruh fasilitas kesehatan, baik rumah sakit vertikal milik pemerintah maupun rumah sakit swasta. “Jadi semua interaksi tercatat dan terukur. Jadi keberadaannya AI seharusnya di tahun ini harus sudah nyata,” tutup Reza.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News