1
1

Hardening Market Diperkirakan Berlanjut, Industri Asuransi dan Reasuransi Indonesia Mesti Bersiap Menghadapinya

Ketua Umum Asosiasi Ahli Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (APARI) Bambang Suseno dalam Seminar Internasional yang bertajuk “Rebuilding Confidence and Capacity in Indonesia For Sustainable Growth” pada Rabu, 23 Agustus 2023. | Foto: doc

Media Asuransi, JAKARTA –  Hardening market yang juga dibarengi dengan kondisi menyusutnya kapasitas reasuransi, menjadi masalah yang saat ini harus dihadapi oleh para pelaku industri asuransi dan reasuransi di Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Ahli Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (APARI), Bambang Suseno, mengatakan bahwa akibat dari penyusutan kapasitas reasuransi ini, hampir semua perusahaan reasuransi di Indonesia sedang memperketat terms and condition dan mengurangi appetite mereka terhadap risiko-risiko yang tidak menguntungkan.

Untuk itu, guna memitigasi permasalahan yang sedang terjadi, APARI dan Llyods bekerja sama menyelenggarakan seminar internasional yang bertajuk “Rebuilding Confidence and Capacity in Indonesia For Sustainable Growth” pada Rabu, 23 Agustus 2023.

“Absen atau berkurangnya reasuransi dan forum seminar ini diharapkan menjadi peluang, jadi ada harapan kontribusi bagi Llyods untuk mengisi kekurangan market reasuransi di Indonesia,” ujar Bambang pada Media Asuransi.

Bambang pun mengatakan bahwa dengan adanya forum ini, menjadi wadah untuk para pelaku industri asuransi dan reasuransi untuk mengenal dan mendapatkan solusi yang gamblang dari Llyods mengenai bagaimana caranya industri mampu bertahan dalam kubangan permasalahan yang saat ini terjadi.

|Baca juga: APARI Bekerja Sama dengan MII Adakan Seminar International

“Karena Llyods itu baromater asuransi dan reasuransi terbesar di dunia, yang selama ini memang barangkali kurang dikenal oleh kalangan kita (industri reasuransi) sendiri. Jadi mengenal bagaimana cara kerjanya, siapa saja underwriter atau sindikat di bawah Llyods; sehingga dalam daylifenya nanti mereka bisa berhubungan dengan para reasuransi Llyods,” ujarnya.

Llyods merupakan bursa asuransi dan reasuransi dari london yang menjadi kiblat industri perasuransian dunia, perusahaan tersebut telah mendirikan cabang di berbagai negara salah satunya Asia. “Terakhir dibuka di India, tapi belum di Indonesia. Sebetulnya yang menjadi isu bagi kami di Industri perasuransian adalah bagaimana sekarang Lloyds menjajaki kantor di Indonesia,” kata Bambang.

Selain dapat memahami Llyods, Bambang pun berharap agar para peserta seminar dapat mengetahui perkembangan terkini dari beberapa produk asuransi. Hal ini dikarenakan perkembangan yang sudah semakin maju seperti adanya insurtech, krisis ekonomi, teknologi, climate changes yang menjadi salah satu faktor perubahan penjaminan dalam polis oleh Lloyds.

“Jadi bagi mereka (Llyods) yang sebagai market terbesar di dunia, mereka harus mengantisipasi perkembangan di dunia ke depan seperti apa, jadi jangan sampai ketinggalan, begitu risikonya terjadi, mereka baru menyiapkan covernya,” jelasnya.

Lebih lanjut Bambang pun optimistis outlook 2024 akan lebih baik, hal ini sejalan dengan kondisi perekonomian di Indonesia yang terus membaik dan hal tersebut akan berpengaruh pada sektor perasuransian.

Dalam kesempatan lain, Kepala Departemen Pengawasan Asuransi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dewi Astuti, mengatakan bahwa beberapa parameter ekonomi di Indonesia saat ini tengah mengalami pertumbuhan yang baik. Salah satunya yaitu industri perasuransian, di broker asuransi brokerage mengalami pertumbuhan 21 persen secara tahunan (yoy), hal tersebut mencerminkan kesan pada Llyods bahwa Indonesia merupakan market yang cukup menjanjikan.

“Saya berharap mereka (peserta seminar) yang hadir, dapat memahami peran lini dalam pasar asurandi dan pialang dengan berpartisipasi dan melakukan simulasi proses bisnis dan memahami update risiko dan management di pasar Indonesia,” kata Dewi. 

 

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post World Insurance Dapatkan Dana Segar US$1 miliar dari Goldman Sachs
Next Post Clearcover Luncurkan Fitur Baru Choice

Member Login

or