Media Asuransi, JAKARTA– PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) (Indonesia Re) kembali menggelar Indonesia Re CEO Forum 2025, sebuah forum strategis yang mempertemukan pemimpin industri asuransi, regulator, serta pemangku kepentingan guna membahas tantangan utama industri perasuransian dan solusi berbasis penguatan data serta kolaborasi.
Acara tahun ini yang digelar di Jakarta (20/3) mengusung tajuk utama “Killing Many Birds with One Stone: Dealing with Multiple Insurance Industry Challenges by Strengthening Data Usage & Collaboration“. Diskusi dalam forum ini berfokus pada penguatan pengelolaan data di industri asuransi umum serta transformasi koordinasi di asuransi kesehatan dan skema employee benefit.
Direktur Utama Indonesia Re, Benny Waworuntu, menegaskan bahwa pengelolaan data yang akurat dan terintegrasi merupakan kunci bagi para pelaku industri asuransi untuk menyiapkan produk dan servis yang tepat sasaran.
|Baca juga:2025, Indonesia Re Segera Ajukan Kembali PNM ke Pemerintah
Ia menyampaikan bahwa di 2024, premi asuransi umum di Indonesia naik 8.7% dibanding tahun sebelumnya, mencapai Rp112,86 triliun. Sementara premi asuransi jiwa mencatat angka hingga Rp185,39 triliun, tumbuh 4.3% dibanding tahun sebelumnya. “Meskipun data mencatatkan angka positif, tetapi industri asuransi Indonesia masih memiliki tantangan signifikan dalam regulasi, literasi dan penetrasi pasar.” ujar Benny mengutip dari keterangan resmi, Rabu, 26 Maret 2025.
Lebih lanjut Benny menyebutkan bahwa digitalisasi, transparansi, dan kolaborasi antar-industri menjadi kunci keberhasilan ke depan. Acara ini bertujuan untuk memperkuat sinergi antara regulator dan industri dalam mendorong digitalisasi serta penguatan tata kelola data.” tegasnya saat membuka acara Indonesia Re CEO Forum 2025.
Salah satu pemateri Deputi Direktur Pengawasan Asuransi Umum dan Reasuransi OJK Kurnia Yuniakhir mengatakan, dengan total aset mencapai Rp619,23 triliun dari sektor asuransi jiwa dan asuransi umum mencapai Rp252,37 triliun, kita bisa melakukan reformasi sektor asuransi dengan cara penguatan modal dan pendalaman pasar, juga penerapan standar internasional.
|Baca juga:2025, Indonesia Re Mengoptimalkan Struktur dan Desain Reasuransi
“Standarisasi data dan format pelaporan juga menjadi perhatian utama, mengingat pentingnya sistem data yang seragam dalam meningkatkan efisiensi klaim serta akurasi penilaian risiko, sehingga memungkinkan industri asuransi untuk lebih adaptif terhadap dinamika pasar dan regulasi,” ujarnya.
Sementara itu, panelis Asisten Deputi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat Rujukan BPJS Kesehatan, Mokhammad Cucu Zakaria, menekankan urgensi penataan Koordinasi Antar Penyelenggara Jaminan (KAPJ). Menurutnya, penerapan selisih biaya dalam layanan kesehatan tidak boleh mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap JKN.
“Oleh karena itu, diperlukan regulasi yang jelas untuk mencegah potensi fraud dan memastikan standar tarif rumah sakit yang transparan,” ungkapnya. Ia juga menyoroti manfaat KAPJ dalam menurunkan belanja out-of-pocket (OOP) peserta serta integrasi sistem penjaminan antara BPJS Kesehatan, asuransi kesehatan tambahan (AKT), dan rumah sakit guna mewujudkan sistem pembayaran yang lebih efisien,” ujar Cucu.
“Melalui Indonesia Re CEO Forum 2025, kami berharap dapat mendorong langkah konkret dalam memperkuat tata kelola data, meningkatkan transparansi transaksi reasuransi, serta memastikan bahwa industri asuransi Indonesia semakin kompetitif dan berdaya tahan dalam menghadapi tantangan global,” pungkas Direktur Teknik dan Operasi Indonesia Re. Delil Khairat.
Editor: Wahyu Widiastuti
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News