1
1

Indonesia Re: Ekosistem Asuransi Berkelanjutan Wajib Dibangun untuk Kendaraan Listrik

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, JAKARTA – Kepala Departemen Marine & Aviation Indonesia Re Renny Rahmadi Putra menyoroti pentingnya membangun ekosistem asuransi yang berkelanjutan bagi kendaraan listrik (EV). Hal itu diungkapkan dalam iLearn Thematic Webinar yang bertajuk ‘Driving The Future: Insuring Electric Vehicles in the Evolving Landscape’.

Renny mengupas berbagai tantangan sekaligus peluang yang ada di sektor ini, terutama dalam memahami risiko kendaraan listrik dan menciptakan solusi asuransi yang relevan di tengah perkembangan pasar EV yang pesat.

|Baca juga: OJK Luncurkan Roadmap Lembaga Keuangan Mikro 2024-2028 untuk Dorong Pengembangan Usaha Mikro

|Baca juga: Tempo Scan Pacific (TSPC) Akan Bagi Dividen Interim Rp112,75 Miliar

Dalam pemaparannya, Renny mengungkapkan, pasar kendaraan listrik global terus menunjukkan pertumbuhan signifikan. Hingga 2023, total penjualan EV global telah mencapai hampir 14 juta unit, dengan China memimpin penjualan lebih dari delapan juta unit. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan Vietnam dan Thailand.

Data per Agustus 2024 menunjukkan penjualan kendaraan listrik di Indonesia mencapai 23 ribu unit atau 4,11 persen dari total penjualan mobil. Meski angka ini menunjukkan peningkatan, namun kontribusi kendaraan listrik terhadap total penjualan masih tergolong rendah.

Akan tetapi, Pemerintah Indonesia memiliki target ambisius, yaitu mencapai 13 juta sepeda motor listrik dan dua juta mobil listrik pada 2030. Target ini mencerminkan komitmen Indonesia dalam mendukung transisi energi bersih.

Renny menjelaskan memahami risiko kendaraan listrik menjadi tantangan utama bagi industri asuransi. Salah satu karakteristik kendaraan listrik adalah akselerasi instan yang tinggi. Keunggulan ini di satu sisi memberikan performa luar biasa, namun di sisi lain meningkatkan risiko kecelakaan bagi pengemudi yang kurang berpengalaman.

|Baca juga: Suami Puan Maharani, Hapsoro, Jadi Pengendali Sanurhasta Mitra (MINA)

|Baca juga: 52 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Terbaik di 2024

Selain itu, kendaraan listrik memiliki pusat gravitasi yang lebih rendah dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar fosil, yang membuatnya lebih stabil. Namun, bobot kendaraan listrik yang lebih berat dapat menyebabkan risiko cedera lebih tinggi pada kendaraan lain saat terjadi tabrakan.

Aspek lain yang tak kalah penting adalah risiko yang berkaitan dengan baterai. Meskipun kendaraan listrik memiliki risiko kebakaran yang lebih rendah daripada kendaraan berbahan bakar fosil, namun potensi kebakaran pascatabrakan menjadi perhatian serius.

Penanganan baterai pascakecelakaan harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk mencegah insiden yang lebih parah. Menurut Renny, menciptakan ekosistem asuransi kendaraan listrik yang berkelanjutan membutuhkan sinergi antara sektor asuransi dengan berbagai industri pendukung EV, seperti penyedia infrastruktur pengisian daya, bengkel, dan suku cadang.

Salah satu tantangan utama adalah biaya perbaikan kendaraan listrik yang lebih mahal dibandingkan dengan kendaraan konvensional. Estimasi menunjukkan di beberapa negara, biaya perbaikan EV bisa mencapai 29-60 persen lebih tinggi.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya inovasi dalam produk asuransi agar sesuai dengan kebutuhan pasar yang terus berubah. Selain itu, regulasi pemerintah dan dukungan teknologi juga memegang peranan kunci dalam mendorong pertumbuhan sektor ini.

|Baca juga: Forum Diskusi Asuransi Bersama OJK Gelar Kegiatan Mengajar di Universitas Hasanuddin

|Baca juga: Prudential Syariah Tanam 2.000 Pohon di 10 Daerah di Pulau Jawa

“Industri asuransi perlu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan teknologi dan pasar. Ini adalah peluang besar, namun keberhasilan hanya bisa dicapai melalui kolaborasi lintas sektor,” ujar Renny, Selasa, 26 November 2024.

Dengan pertumbuhan kendaraan listrik yang terus meningkat, masa depan industri asuransi kendaraan memiliki prospek yang cerah. Namun, keberlanjutan ekosistem ini hanya dapat tercapai dengan mengatasi tantangan-tantangan yang ada secara kolektif dan inovatif.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Menyusuri Siasat China Memperbesar UMKM dengan Bantuan Perusahaan Asuransi
Next Post Optimistis Hadapi 2025, Ini 5 Langkah Strategis Triniti Land (TRIN)

Member Login

or