1
1

Industri Asuransi Didesak Tutup Kesenjangan Risiko di Proyek Energi Terbarukan

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL — GCube Insurance mendorong perusahaan asuransi, pengembang proyek, dan institusi keuangan untuk segera menutup kesenjangan manajemen risiko yang masih terjadi di sektor energi terbarukan. Pasalnya, sejumlah risiko besar dinilai telah mengganggu kelayakan pendanaan proyek-proyek tersebut.

Dalam laporan terbarunya, GCube menyebutkan, meskipun kerugian akibat bencana alam terhadap proyek energi terbarukan masih tergolong rendah di Australia, namun ekspansi cepat ke wilayah lain justru meningkatkan paparan terhadap risiko seperti kebakaran hutan, siklon, dan badai es.

|Baca juga: Negosiasi tentang Tarif AS, Airlangga: Indonesia Dapat Kesempatan Pertama Diundang ke Washington DC

|Baca juga: Investree Resmi Dibubarkan

“Risiko-risiko besar ini telah berdampak signifikan terhadap kelayakan pendanaan proyek. Beberapa pengembang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pembiayaan karena adanya celah dalam cakupan perlindungan asuransi serta meningkatnya biaya,” tulis GCube, dalam laporannya yang dikutip dari Insurance Asia, Rabu, 16 April 2025.

Direktur Structured Finance Energy Origination NORD/LB, Cécile Luciano menyoroti pentingnya perlindungan yang sesuai sejak awal. “Misalnya, saya melihat proyek di daerah rawan banjir, namun polis asuransinya justru mengecualikan perlindungan terhadap banjir. Ini tidak bisa diterima, dan memaksa pengembang mencari perlindungan lain di pasar yang berbeda,” ujarnya.

Luciano menambahkan saat ini terjadi peningkatan kolaborasi antara pemberi pinjaman, penasihat asuransi, broker, dan pengembang proyek. “Diskusi ini penting dilakukan sejak awal, idealnya sebelum polis asuransi konstruksi difinalisasi,” katanya.

|Baca juga: SE OJK tentang Asuransi Kesehatan akan Diterbitkan pada Mei 2025

|Baca juga: Gerak IHSG Jadi Sinyal Penting Arah Perekonomian RI di Masa Mendatang

GCube juga mendorong peningkatan akurasi data melalui pemutakhiran model bencana alam, optimalisasi desain aset agar tahan terhadap ancaman cuaca ekstrem, serta penguatan strategi ketahanan melalui kolaborasi erat antara pelaku industri asuransi dan keuangan. Hal ini penting untuk menjaga keberlanjutan asuransi jangka panjang dan efektivitas pembagian risiko.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post China Naikkan Batas Investasi Saham untuk Perusahaan Asuransi, Apa Dampaknya?
Next Post Masyarakat Optimis Kondisi Ekonomi 6 Bulan ke Depan Tetap Kuat

Member Login

or