Media Asuransi, JAKARTA – Industri asuransi Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan ganda dalam pengelolaan klaim. Tantangan yang dimaksudkan yakni kebutuhan akan transparansi dan validitas data serta tuntutan nasabah terkait pelayanan yang cepat.
Anggota Dewan Penasehat Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Tatang Hidayat mengungkapkan proses penanganan klaim dalam industri asuransi tidak sesederhana hubungan dua pihak antara perusahaan dan nasabah. Dalam praktiknya, terdapat banyak pihak yang terlibat. Asuransi kesehatan, misalnya, meliputi rumah sakit, dokter, hingga Third Party Administrator (TPA).
|Baca juga: Ketua DAI: Klaim Tinggi Bukan Ancaman tapi Peluang untuk Industri Asuransi
“Jadi yang dikelola itu cukup kompleks, tidak mudah. Kemudian juga para pihak ini kan kepentingannya berbeda-beda, sehingga menurut saya transparansi data itu menjadi sangat penting,” ucap Tatang, dalam Insurance Forum, dikutip Jumat, 18 Juli 2025.
Di sisi lain, perusahaan asuransi juga menghadapi tekanan dari nasabah untuk memberikan layanan klaim yang cepat. Hal ini justru menciptakan dilema antara kecepatan pelayanan dan kehati-hatian analisis klaim, termasuk proses klaim verifikasi dan pengecekkan manfaat.
Dirinya melanjutkan betul industri asuransi membutuhkan peningkatan validitas data dan keterbukaan informasi, tetapi diikuti oleh tantangannya di mana cara untuk memenuhi hal tersebut baik kelayakan manfaat klaim dan nominal, maupun kejadiannya juga ditantang dengan pelayanan yang cepat dan tepat.
“Nah itu yang mesti diramu oleh industri asuransi, jadi tidak mudah” tegas Tatang.
|Baca juga: 6 Perusahaan Asuransi Masuk Pengawasan Khusus, Pengamat: Perlu Dilihat Berdampak Sistemik atau Tidak!
|Baca juga: Bukan Cuma Bertahan, Ini Jurus Pamungkas OJK Dongkrak Industri Asuransi RI!
Tatang juga menyoroti dalam beberapa kasus yakni data yang dimiliki perusahaan asuransi sejak awal sering kali tidak dengan lengkap. Hal ini terjadi untuk menarik nasabah. Jadi proses awalnya dibuat sesederhana mungkin dengan asumsi data tambahan akan dikumpulkan seiring waktu.
“Tantangannya sering kali begini, mudah di awal atau mudah di akhir? Kalau kita mau mudah di akhir, di awal agak ribet. Tapi kalau kita di awal tidak mau ribet, mungkin di akhir agak ribet,” pungkas Tatang.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News