1
1

Industri Asuransi Hadapi Krisis Talenta, Remote Hiring Jadi Solusi!

Ilustrasi. | Foto: BRI Life

Media Asuransi, GLOBAL – Industri asuransi di Asia tengah menghadapi kesenjangan talenta yang kian melebar, terutama di bidang aktuaria dan underwriting. Kondisi ini mendorong perusahaan asuransi untuk mempertimbangkan perekrutan jarak jauh serta pembentukan pusat regional sebagai strategi menjaring tenaga kerja.

“Untuk bisa bersaing, perusahaan asuransi perlu beralih dari tim nasional yang terpisah-pisah menuju jaringan talenta regional. Dengan begitu, pooling talent dan mobilitas internal bisa menciptakan skala dan kelincahan yang nyata,” ujar ASEAN Insurance Leader Ernst & Young Global Ltd Vanessa Lou, dikutip dari Insurance Asia, Rabu, 20 Agustus 2025.

|Baca juga: Lippo General Insurance (LPGI) Cetak Laba Rp105,70 Miliar di Semester I/2025

|Baca juga: Laba Bersih Asuransi Ramayana (ASRM) Naik 161,69% di Semester I/2025

Lou menekankan permintaan terhadap aktuaria dan profesional risiko masih tinggi, sementara sektor underwriting mengalami kekurangan signifikan. Negara-negara seperti Vietnam, Indonesia, dan Filipina sebenarnya melahirkan banyak lulusan sains, teknologi, teknik, dan matematika, namun belum banyak dimanfaatkan industri asuransi.

Menurutnya model kerja remote dapat membuka akses ke pasar talenta tersebut tanpa perlu relokasi staf. Survei Mercer Global Talent Trends 2024 mencatat 59 persen perusahaan asuransi kini tengah merancang ulang pekerjaan untuk menyesuaikan keterampilan lewat proyek internal, rotasi kerja, dan pelatihan.

Strategi utama tenaga kerja tahun ini meliputi percepatan otomatisasi (97 persen), peningkatan keterampilan (91 persen), dan perekrutan talenta khusus (76 persen). Selain itu, keterampilan yang paling dicari pada 2030 diperkirakan mencakup kecerdasan buatan, big data, berpikir kreatif, keamanan siber, serta kemampuan belajar berkelanjutan.

Head of Talent Solutions Aon Asia Pasifik Puneet Swani menambahkan pekerja kini lebih menghargai fleksibilitas, kesempatan berkembang, dan tujuan kerja yang jelas, selain faktor gaji. “Kesenjangan talenta underwriting makin terasa, terutama dalam mengintegrasikan keahlian risiko tradisional dengan machine learning, data alternatif, dan pricing real-time,” ujarnya.

|Baca juga: Puan Tetiba Nyanyi Lagu ‘Imagine’ John Lennon di Sidang Bersama yang Dihadiri Prabowo, Ada Apa?

|Baca juga: Gojek Gelorakan Perjuangan Membangun Ekosistem Digital Sambut Kemerdekaan RI

Asia Career Practice Leader Mercer Ltd. Lewis Garrad menilai perusahaan juga mulai memperkuat fleksibilitas kerja sebagai bagian dari strategi talenta. “Organisasi sebaiknya juga berfokus pada pengembangan keterampilan dan tenaga kerja untuk mendorong produktivitas,” kata Garrad.

Studi Aon Global Benefits Trends 2025 menemukan 65 persen karyawan di perusahaan multinasional bersedia menukar sebagian benefit demi lebih banyak pilihan, sementara 70 persen perusahaan tetap menempatkan efisiensi biaya sebagai prioritas utama.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Rencana Emisi Obligasi KB Bank senilai Rp1,35 Triliun Diganjar Peringkat AAA
Next Post Abdul Haris: Ada Banyak Peluang untuk Berkembang

Member Login

or