1

Industri Asuransi Jadi Penopang SBN saat Investor Asing Ramai-ramai Tarik Dana?

Ilustrasi. | Foto: Bank Mandiri

Media Asuransi, JAKARTA – Sektor asuransi dan dana pensiun semakin memperkuat perannya sebagai penopang pasar obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN). Kondisi itu terjadi di tengah asing yang semakin menunjukkan penurunan kepemilikan di investasi tersebut pada September 2025.

Head of Research and Market Information Departemen PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Salvian Fernando menjelaskan sepanjang tahun ini sejumlah pelaku pasar domestik, termasuk perbankan, asuransi, dan manajer investasi semakin aktif mengoleksi obligasi pemerintah.

|Baca juga: Atasi Masa Tunggu dan Kendala Biaya, Bank Danamon (BDMN) Tawarkan Solusi Keuangan Haji Muda

|Baca juga: BTN (BBTN) Hadirkan Inovasi Kurangi Angsuran Rumah dengan Sampah untuk Jaga Bumi

“Sejak awal tahun, perbankan sudah mengumpulkan kurang lebih Rp300 triliun obligasi pemerintah. Kepemilikannya naik signifikan dari 18 persen menjadi 21 persen pada September,” ujar Salvian, dalam Market Outlook Obligasi Q4-2025, di Jakarta, Selasa, 30 September 2025.

Menurutnya tren positif ini juga terlihat pada sektor asuransi dan dana pensiun yang terus meningkatkan portofolio SBN. Di sisi lain, hanya BI yang justru mencatat penurunan kepemilikan, dari 26 persen menjadi 24 persen. Salvian menilai kondisi ini memperlihatkan pergeseran kekuatan pasar obligasi pemerintah ke investor domestik.

Insurance dan pension fund juga mengumpulkan obligasi pemerintah, aset manajemen juga sama. Jadi kalau kita lihat, memang hanya government atau Bank Indonesia yang negatif,” jelasnya.

Fenomena ini terjadi seiring dengan menurunnya minat investor asing di pasar obligasi Indonesia. Data menunjukkan porsi kepemilikan asing turun ke level 14,2 persen pada 25 September 2025, dari 14,67 persen di akhir Agustus 2025.

Penurunan tersebut juga diikuti dengan arus keluar dana asing sebesar Rp40 triliun sejak pengumuman reshuffle kabinet dan pergantian Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi Purbaya Yudhi Sadewa. Meski demikian, Salvian menilai prospek sektor asuransi dan manajer investasi untuk menambah kepemilikan SBN hingga kuartal IV/2025 masih terbuka lebar.

|Baca juga: Suku Bunga FLPP Tetap 5%, Prabowo Tegaskan Kebijakan Pro Rakyat!

|Baca juga: Prudential Syariah Luncurkan PRUHeritage, Berikan Perlindungan hingga Usia 100 Tahun

“Peluang bank, insurance, dan mutual fund menaikkan kepemilikan hingga Q4 itu masih sangat besar. Tapi fund manager biasanya cukup konservatif, tidak terlalu agresif belanja,” ungkapnya.

Ia menambahkan pelaku pasar masih menunggu momentum koreksi imbal hasil obligasi untuk kembali masuk secara optimal, di tengah sejumlah ketidakpastian global seperti kebijakan suku bunga The Fed dan tensi dagang Amerika Serikat dan China.

“Posisi imbal hasil saat ini sudah cukup nyaman. Pelaku pasar yang pegang cash cukup besar berharap ada hiccups, sehingga ketika imbal hasil koreksi ke atas baru mereka melakukan pembelian,” tutup Salvian.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Terkoreksi Respons Revisi Pertumbuhan Ekonomi RI
Next Post OJK Beri Izin Usaha Pedagang Aset Keuangan Digital Kepada PT Coinbit Digital Indonesia

Member Login

or