1
1

Industri Asuransi Konstruksi di Asia Naik Daun, tapi Risiko Ini Bikin Was-was

Ilustrasi. | Foto: BRI Life

Media Asuransi, GLOBAL – Laporan Global Construction Insurance and Surety Market Report 2025 dari Aon menyebutkan pasar asuransi konstruksi di kawasan Asia menunjukkan tren pertumbuhan yang berkelanjutan sepanjang 2024. Hal ini didorong oleh peningkatan kinerja perjanjian reasuransi, minat underwriting yang stabil, serta kapasitas yang melimpah.

Meski demikian, para pelaku industri asuransi mulai mengedepankan tujuan jangka panjang berupa profitabilitas dan stabilitas program. Hal ini tercermin dari pendekatan underwriting yang lebih disiplin, bahkan di tengah kondisi pasar yang cenderung melunak di sejumlah negara.

|Baca juga: Penerapan Co-Payment Dinilai Positif Buat Masyarakat dan Industri Asuransi

|Baca juga: Cuan! Antam (ANTM) Tebar Dividen Rp3,6 Triliun, 100% dari Laba 2024

Melansir Insurance Asia, Senin, 16 Juni 2025, beberapa pasar asuransi yang paling menguntungkan tercatat berada di China, Hong Kong, dan India. Di India, baik perusahaan asuransi lokal maupun asing terus memberikan dukungan terhadap pembangunan infrastruktur, yang mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.

Sementara di China, pengurangan premi ditawarkan bagi proyek dengan risiko rendah. Di sisi lain, perusahaan reasuransi juga mulai memperluas cakupan terhadap risiko bencana alam. Berbeda dengan Jepang, yang justru mengalami siklus pasar yang lebih ketat akibat pengawasan regulasi dan terbatasnya kapasitas.

Untuk kawasan Asia Tenggara, kondisi pasar relatif moderat. Negara seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia mencatat aktivitas pasar yang stabil. Di Australia, lonjakan proyek properti dan infrastruktur usai pandemi, serta meningkatnya permintaan terhadap perlindungan kerusakan tersembunyi dan risiko air internal, turut memengaruhi prioritas penanggung.

Meskipun pasar properti tetap menjadi segmen yang paling kompetitif dengan kapasitas lokal yang mencukupi, namun proyek teknik sipil berskala besar seperti pekerjaan bawah tanah atau area dengan potensi bencana alam masih menjadi tantangan. Proyek-proyek semacam ini sering membutuhkan dukungan dari pasar internasional atau skema transfer risiko alternatif.

|Baca juga: Gelar RUPS, Blibli (BELI) Dapat Restu MESOP dan Angkat Komisaris Baru

|Baca juga: Value Chain Dinilai Wajib Diterapkan di Bisnis, Ternyata Ini Alasannya!

Pertumbuhan juga terlihat pada sektor konstruksi berbasis teknologi, seperti pembangunan pusat data, pabrik baterai, dan fasilitas semikonduktor. Tren ini paling menonjol di Australia, yang turut mencatat peningkatan proyek infrastruktur pertahanan seiring meningkatnya investasi pemerintah hingga 2029.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Utang Luar Negeri Membengkak 8,2%, Tembus US$431,5 Miliar di April 2025
Next Post IHSG Sesi I Turun 1 Poin Tertekan Sentimen Geopolitik

Member Login

or