Media Asuransi, GLOBAL – Perusahaan besar memperkuat keamanan siber, sementara banyak Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang masih tertinggal. UKM di Australia menghadapi risiko yang semakin besar dari serangan siber yang merugikan, kecuali jika mereka mendapatkan dukungan yang lebih baik untuk memperkuat pertahanan siber mereka. Demikian ungkap makalah yang baru-baru ini dirilis oleh Actuaries Institute.
Ditulis oleh aktuaris Win-Li Toh, bersama Michael Neary dan Sarah Wood, makalah yang berjudul “Kesenjangan Pelindungan Siber Melebar untuk UKM” ini menyoroti kesenjangan yang semakin besar dalam kesiapsiagaan siber antara perusahaan-perusahaan besar di Australia dengan 3 juta UKM di negara tersebut.
|Baca juga: Konferensi Aktuaria Asia 2024: Aktuaris Jadi Jembatan antara Teknologi dan Risiko
Dikutip dari insuranceasia, Senin, 18 November 2024, para penulis berpendapat bahwa menjembatani “kesenjangan perlindungan dunia maya” ini membutuhkan kolaborasi berkelanjutan di antara pemerintah, perusahaan asuransi, penyedia teknologi, dan UKM.
Toh mencatat bahwa serangan siber yang terkenal baru-baru ini telah mendorong perusahaan-perusahaan besar untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan siber mereka, tetapi banyak UKM yang belum mengikutinya.
|Baca juga: Perannya Makin Penting, Namun Ada 7 Perusahaan Belum Punya Aktuaris
Dia mengaitkan hal ini dengan kapasitas UKM yang terbatas untuk menangani risiko siber yang kompleks, dengan banyak yang terhalang oleh bahasa teknis dan biaya tinggi.
Selain itu, beberapa UKM secara keliru percaya bahwa mereka terlalu kecil untuk menarik perhatian penjahat siber, tanpa menyadari bahwa insiden siber yang signifikan dapat mengancam kelangsungan hidup bisnis mereka.
Laporan kejahatan siber di Australia meningkat sebesar 23 persen pada tahun 2022-2023, dengan total 94.000 insiden, dengan biaya rata-rata untuk bisnis kecil meningkat 15 persen menjadi AU$46.000.
Win-LiToh, yang akan menjabat sebagai presiden Institut Aktuaria tahun 2025, menekankan perlunya upaya bersama untuk menutup kesenjangan perlindungan siber UKM, dengan mencatat bahwa 62 persen UKM melaporkan mengalami serangan siber.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News