1
1

Jurus Menangkal Penipuan Asuransi dengan Teknologi dan Keahlian Manusia

Ilustrasi modus penipuan dalam industri asuransi. | Foto: freepick

Media Asuransi, GLOBAL – Ketika teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI) digunakan untuk menciptakan penipuan asuransi yang lebih meyakinkan, perusahaan asuransi saat ini harus mengadopsi pendekatan yang lebih proaktif yang menggunakan efisiensi teknologi dan keahlian investigasi manusia.

Webinar Insurance Asia dan SAS baru-baru ini bertajuk “Memperkuat Pertahanan: Menavigasi Pencegahan Penipuan Asuransi dengan SAS,” menggali kerentanan baru dalam lanskap penipuan asuransi. Acara ini mempertemukan para pemimpin industri utama Eduard Sargsyan, Head of Insurance Business Advisory (Asia Pacific dan Emerging EMEA) di SAS Institute, dan Brian Wu, Director, Anti-Fraud Officer, Asia Segment di Manulife, untuk membahas taktik yang kini sedang diterapkan atau diadaptasi oleh penipu.

|Baca juga: Kasus Asuransi Energi Terbarukan Bisa Menjadi Pemicu Perubahan Industri

Meskipun AI dan pembelajaran mesin dapat membantu dalam mendeteksi penipuan, perusahaan asuransi harus mengintegrasikannya tanpa mengorbankan pengalaman pelanggan.

Wu mencatat bahwa penipu telah menemukan cara untuk menggunakan alat AI generatif seperti ChatGPT untuk menciptakan penipuan yang lebih meyakinkan. Taktik yang lebih canggih ini telah menurunkan kewaspadaan pelanggan, sehingga membuat mereka lebih rentan.

“Sangat penting untuk fokus pada peningkatan kemampuan deteksi penipuan, seperti berinvestasi pada analitik canggih dan solusi pembelajaran mesin sehingga kita dapat tetap terdepan dalam tren yang sedang berkembang,” kata Wu dikutip dari keterangan resmi, Senin, 15 Juli 2024.

Sargsyan mencatat bahwa peningkatan klaim palsu di Asia Pasifik juga didorong oleh tren yang lebih luas, khususnya tekanan ekonomi seperti kemiskinan dan inflasi.

|Baca juga: TFIC Bentuk Badan Khusus Hindari Penipuan Asuransi

“Di seluruh dunia, inflasi meningkat dan hal ini membuat masyarakat menggunakan produk asuransi mereka sebagai sesuatu yang dapat memberikan mereka uang kembali. Agency gaming lebih merupakan masalah nyata terutama di Asia Pasifik, karena banyak orang menyadari bahwa mereka dapat memalsukan asuransi mereka. kebijakan dan pelanggan bahkan mungkin tidak mengerti bahwa mereka tidak berkomunikasi dengan agen sebenarnya,” katanya.

Menurut Sargsyan, perusahaan asuransi perlu beralih dari strategi deteksi reaktif ke strategi pencegahan penipuan proaktif. Teknologi digital modern memainkan peran penting dalam perubahan ini, karena Sargsyan menyoroti pentingnya deteksi anomali, AI dan pemodelan prediktif, analisis grafik, penambangan teks, dan lain-lain. Namun, efisiensi yang dihasilkan AI saja tidak cukup karena penyelidik manusia pada akhirnya akan menyelidiki masalah ini.

“Kita tidak hanya berbicara tentang AI tetapi juga tentang mengotomatisasi, memfasilitasi, dan meningkatkan kecepatan dan efisiensi para penyelidik dengan menyediakan alat-alat modern untuk memvisualisasikan jaringan dan kolusi tersebut, untuk melihat semua peringatan dan informasi yang diperlukan bagi mereka,” jelasnya.

Dia juga menggarisbawahi pentingnya data berkualitas tinggi untuk deteksi penipuan berbasis data yang akurat. Baik Sargsyan maupun Wu menekankan pendekatan holistik yang menggabungkan teknologi dengan keahlian manusia.

|Baca juga: Fenomena Penipuan Asuransi di Tengah Kenaikan Inflasi dan Tekanan Biaya Hidup

Sargsyan secara khusus menyoroti pendekatan SAS terhadap deteksi penipuan asuransi, yang memerlukan pemantauan terus-menerus, pengelolaan data, analisis hibrid (kombinasi teknik termasuk pemodelan prediktif, deteksi anomali, analisis jaringan, penambangan teks, dan aturan bisnis, dll.), pembaruan investigasi dan intelijen.

Dia menggarisbawahi pentingnya investigasi dan pembaruan intelijen, karena mekanisme umpan balik yang kuat yang melibatkan penyelidik manusia akan meningkatkan proses deteksi penipuan dari waktu ke waktu. “Pada akhirnya, masyarakat memutuskan apakah itu penipuan, pemborosan, dan penyalahgunaan (FWA),” tambahnya.

Dalam mengatasi jenis penipuan yang umum, seperti klaim rumah sakit dan kecelakaan, para panelis mencatat pentingnya pencegahan penipuan yang cepat dan efisien untuk memastikan kepuasan dan retensi pelanggan. Mereka juga mendiskusikan teknologi dan metodologi terbaru yang hemat biaya dalam deteksi FWA klaim.

Sargsyan dan Wu sepakat bahwa kombinasi pembelajaran mesin, deteksi anomali, dan kecerdasan manusia sangat penting untuk pencegahan penipuan yang efektif. Mereka menegaskan kembali perlunya upaya kolaboratif, melibatkan berbagai tim dan inovasi berkelanjutan untuk tetap berada di depan para penipu.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Marak Penyalahgunaan Data, Legislator Desak OJK Cepat Bertindak
Next Post Kemnaker Tekankan Pentingnya Jadi Peserta Jaminan Sosial Program JHT

Member Login

or