Media Asuransi, GLOBAL – RBC Capital Markets memaparkan, sejalan dengan historis rata-rata kerugian bencana alam yang diasuransikan pada paruh pertama tahun 2023 senilai US$35 miliar.
“Kami memperkirakan penghitungan kerugian besar sebesar US$37 miliar pada setengah tahun, teramsuk US$35 miliar di antaranya adalah peristiwa nat cat dengan badai konvektif di AS yang terdiri dari US$25 miliar dari ini,” kata analis, dikutip dalam laman Reinsurance News, Senin, 17 Juli 2023..
Selain itu, kerugian buatan manusia di kuartal II/2023 tidak lunak, tetapi diyakini besarnya tidak akan menimbulkan risiko terhadap pendapatan di kuartal tersebut. “Penghitungan setengah tahun US$35 miliar kami kira-kira sejalan dengan rata-rata 2012-2022 sebesar US$38 miliar,” tambahnya.
|Baca juga: Marsh McLennan: Solusi Pengalihan Risiko Bantu Bisnis Membangun Perlindungan pada Kerugian Bencana Alam
Ini merupakan tahun badai aktif hingga saat ini, dengan jumlah badai mendekati total tahun lalu. Laporan tersebut menemukan bahwa biaya ekonomi rata-rata per badai sejalan dengan rata-rata jangka panjang (2006-2022) dan memiliki profil yang mirip dengan tahun lalu.
Analis menyampaikan hipotesis bahwa peristiwa angin hingga saat ini merupakan kumpulan dari banyak peristiwa ‘berbiaya rendah’ yang cenderung berada dalam tingkat retensi primer. “Tingkat retensi juga telah didorong ke atas, oleh karena itu melindungi reasuransi dari kerugian. Meskipun demikian, dampak kerugian gesekan melalui operasi utama dan/atau kebijakan pembagian kuota mungkin saja terjadi,” jelasnya.
Laporan tersebut mencatat bahwa kuartal II/2023 yang jinak akan membantu menyelaraskan kembali pengalaman cat dengan anggaran di semester I/2023, menyusul kerugian besar akibat gempa Turki/Suriah yang dialami pada kuartal pertama tahun ini.
“Jumlah kami mengasumsikan beban TA yang kira-kira normal untuk tahun 2023. Dalam beberapa kasus kami mengalokasikan kembali anggaran yang tidak terpakai ke kuartal III/2023 saat kami memasuki musim badai,” kata analis RBC.
Lebih lanjut, melihat PML, kami mendapat firasat siapa yang memiliki paparan lebih tinggi terhadap kerugian badai. “Sementara proporsi PML terhadap IFRS NAV memberi kami gambaran bagus tentang ekuitas pemegang saham yang berisiko, kami mungkin melebih-lebihkan hal ini karena dampak dari kerugian yang belum direalisasi,” pungkasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News