1
1

Klaim Asuransi Meledak Akibat Kasus Penculikan dan Evakuasi Darurat di Asia-Pasifik Meningkat Drastis

Ilustrasi. | Foto: Pexels

Media Asuransi, GLOBAL – Industri asuransi di Asia-Pasifik menghadapi lonjakan klaim terkait krisis, terutama dalam kasus penculikan untuk tebusan, evakuasi politik, dan ancaman terhadap aset korporasi.

Dilansir dari Insurance Asia, Kamis, 6 Maret 2025, laporan Crisis Management Annual Review terbaru dari Willis, bagian dari WTW, mengungkapkan situasi keamanan di kawasan ini semakin kompleks dan sulit diprediksi.

|Baca juga: Eks Pejabat Ditjen Pajak Ditetapkan Jadi Tersangka Dugaan Gratifikasi Rp21,5 Miliar

|Baca juga: Kasus Asuransi Jiwasraya Makin Panas, Kejagung Periksa 4 Saksi Kunci!

Menurut Head of Crisis Management APAC Willis Will Miller, jumlah insiden yang dilaporkan meningkat dari enam persen pada 2023 menjadi sembilan persen pada 2024. Salah satu tren yang paling mencolok adalah peningkatan kasus repatriasi darurat akibat kerusuhan politik, yang mencapai 21 persen dari total insiden yang dilaporkan ke unit risiko Alert:24 Willis.

Selain itu, 21 persen insiden lainnya adalah penculikan untuk tebusan, yang menjadikan Asia-Pasifik sebagai wilayah dengan jumlah penculikan tertinggi ketiga di dunia, melampaui Timur Tengah dan Afrika Utara.

|Baca juga: BNI (BBNI) Cetak Laba Rp1,63 Triliun di Januari 2025, Kredit Melonjak 10,3%!

|Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Turun, Target 8% Sulit Tercapai?

Laporan tersebut juga menunjukkan meskipun mayoritas korban penculikan adalah warga lokal, namun semakin banyak warga asing yang menjadi target, terutama di Thailand. Ketidakstabilan politik di beberapa negara Asia-Pasifik terus menjadi faktor utama yang meningkatkan risiko keamanan bagi individu dan perusahaan.

Situasi ini memengaruhi cakupan perlindungan asuransi bagi pelaku bisnis, khususnya terkait keselamatan karyawan dan perjalanan dinas. Selain ancaman penculikan dan repatriasi darurat, laporan Willis menyoroti lonjakan serangan massal di China dan Australia sepanjang tahun lalu.

Banyak dari serangan ini dilakukan oleh individu yang memiliki dendam pribadi, dipicu oleh tekanan ekonomi seperti tingginya pengangguran pemuda, utang, dan krisis properti. Di sektor maritim, Asia-Pasifik tetap menjadi pusat utama aktivitas perompakan dan kejahatan maritim, dengan 74 insiden yang dilaporkan pada 2024.

|Baca juga: Media Asuransi Selenggarakan Unitlink Award 2025

|Baca juga: 24 Perusahaan Asuransi Jiwa yang Berhasil Raih Unitlink Award 2025

Wilayah Selat Malaka dan Singapura mengalami peningkatan serangan pada kuartal terakhir tahun lalu, meskipun tren perompakan di Indonesia dan Bangladesh mengalami penurunan. Tren ini menimbulkan tantangan besar bagi industri asuransi, terutama dalam cakupan keamanan perusahaan, perjalanan bisnis, dan perlindungan karyawan.

Dengan semakin meningkatnya risiko keamanan di Asia-Pasifik, perusahaan asuransi dihadapkan pada tekanan untuk memperbarui kebijakan dan strategi mitigasi risiko guna menghadapi tantangan di tahun-tahun mendatang.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Pendapatan Melonjak, Bisnis Asuransi Jiwa Zurich Hong Kong Naik 2 Kali Lipat!
Next Post Sun Life Indonesia dan CIMB Niaga Luncurkan Asuransi X-Tra Wealth Link dan Asuransi X-Tra Invest Assurance

Member Login

or