Media Asuransi, JAKARTA – PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia meluncurkan produk asuransi jiwa yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) terbaru bernama Manulife Dynamic Smart Assurance (MDSA).
Wakil Presiden Direktur & Deputy CEO Manulife Indonesia Novita Rumngangun mengatakan produk tersebut dirancang untuk memberikan ketahanan finansial bagi nasabah di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu. Dengan kata lain MDSA menawarkan solusi inovatif di mana solusi asuransi jiwa tetap aktif meski nilai investasi menurun.
|Baca juga: Konsolidasi Asuransi BUMN Tidak Melulu Positif, Pengamat Beberkan Dampak Negatifnya!
|Baca juga: Ada di Kawasan Ring of Fire, Asuransi Gempa Bumi Dinilai Wajib Diterapkan di Indonesia!
“Solusi asuransi jiwa yang tetap aktif meskipun nilai investasi Anda menurun, dilengkapi dengan fitur pertanggungan yang tetap berlaku (No Lapse Guarantee) selama 25 tahun yang merupakan pertama di Indonesia berfungsi sebagai jaring pengaman yang kokoh untuk menjaga polis tetap aktif,” ujar Novita, dalam peluncuran MDSA di Jakarta, Senin, 20 Oktober 2025.
Novita mengatakan produk PAYDI masih menjadi pilihan di tengah dinamika ekonomi karena menggabungkan proteksi jiwa dan potensi pertumbuhan aset melalui instrumen seperti saham, obligasi, dan pasar uang.
General Manager Agency Manulife Indonesia William Satriadi Soetrisno menyampaikan perusahaan juga memperkuat kapasitas tenaga pemasar agar mampu memberikan layanan yang sesuai kebutuhan nasabah.
“Dengan lebih dari 16 ribu tenaga pemasar profesional di lebih dari 50 kantor pemasaran di seluruh Indonesia, tenaga pemasar Manulife Indonesia menjadi garda terdepan dalam menghadirkan solusi keuangan yang relevan dan terpercaya melalui jaringan distribusi yang kuat,” ujar William.
|Baca juga: Victoria Insurance (VINS) Suntik Modal Rp19,57 Miliar Demi Perkuat Ekuitas
|Baca juga: Pengunjung CMSE 2025 Cetak Rekor, Bos BEI: Bukti Masyarakat Berminat Kenal Lebih Dekat Pasar Modal
Dalam pengelolaan investasi, Manulife menggandeng PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI). Chief Economist and Investment Specialist MAMI Katarina Setiawan menilai kondisi ekonomi global masih dihadapkan pada sejumlah tantangan.
“Momentum pertumbuhan ekonomi global diperkirakan masih dibayangi tarif dagang dan situasi geopolitik. Namun, di tengah tantangan tersebut, penurunan suku bunga acuan AS dan nilai tukar US$ yang lebih akomodatif berpotensi mendorong aliran dana ke negara berkembang,” jelas Katarina.
“Sementara di dalam negeri, pemerintah akan fokus untuk mendukung daya beli masyarakat dan meningkatkan likuiditas untuk menggerakkan perekonomian. Penurunan suku bunga BI yang berlanjut akan turut membantu menggerakkan pertumbuhan perekonomian ke depan,” tambahnya.
|Baca juga: Dicecar BEI soal Volatilitas Transaksi Saham, Begini Respons Asuransi Ramayana (ASRM)
|Baca juga: BEI Fokus Perkuat Pendalaman Pasar untuk Naikkan Nilai Transaksi Harian
Berdasarkan survei Manulife Asia Care 2025, sebanyak 56 persen responden di Indonesia kini lebih memprioritaskan kualitas hidup seperti kebebasan finansial, kesehatan, dan kemandirian dibandingkan dengan sekadar panjang umur. Sementara 84 persen responden menilai sehat berarti mampu hidup mandiri dan melakukan hal-hal penting bagi diri sendiri.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News